Pemerintah Cabut Subsidi Lima Kereta Api Ekonomi
Pemerintah akan memberi kado tahun baru bagi pengguna moda transpotasi Kereta Api kelas ekonomi. Kado itu berupa pencabutan subsidi untuk lima kereta api ekonomi yang tak lagi mendapat Publik Service Obligation (PSO).
Vice President Corporate Communication, KAI Agus Komarudin menjelaskan, pencabutan subsidi tersebut merupakan keputusan dari pemerintah.
Lima kereta api yang subsidinya akan dipangkas, antara lain KA Logawa (Purwokerto-Jember), KA Brantas (Blitar-Pasar Senen), KA Pasundan (Surabaya Gubeng-Kiaracondong Bandung), KA Gaya Baru Malam Selatan (Surabaya Gubeng-Pasar Senen), dan KA Matarmaja (Malang-Pasar Senen).
"Itu regulasi pemerintah, kan yang memberi subsidi itu pemerintah bukan KAI,"kata Agus
Pencabutan subsidi bagi KA ekonomi tersebut mulai berlaku sejak 1 Januari 2019. Namun, Agus menyatakan belum ada kenaikan tarif.
"Meskipun mulai 1 Januari 2019 kelima KA tersebut sudah tidak disubsidi, tetapi KAI masih menerapkan tarif yang sama dengan tarif PSO sebelumnya pada awal tahun 2019, kemudian akan review lagi terkait memberlakukan tarif komersial (non subsidi) mendatang," ucapnya.
Sebagai informasi PT KAI (Persero) menetapkan Public Service Obligation (PSO) untuk tahun 2019 sebesar Rp 2,4 triliun. Angka PSO tersebut naik 4,5 persen dibanding tahun 2018 yang sebesar Rp 2,3 triliun.
Pantauan ngopibareng.id di stasiun pemberangkatan KA kelas ekonomi di Stasiun Senin, masih berlaku tarif lama. Sebelum ada perubahan terkait pencabutan subsidi tetsebut.
Sementara beberapa pengguna moda transpotasi KA kelas ekonomi, menyatakan keberatan kalau tiket KA kelas ekonomi akan dinaikkan. "Yang naik KA kelas ekonomi ini rata rata buruh kecil yang gajinya pas pasan. Masak sampai hati dinaikan. Lalu bagaimana keterpihakannya dengan wong cilik," tanya Ny Mudrikah, asal Gemolong Sragen, pelanggan KA Gaya Baru Malam Selatan.
Ia menyebut tiketnya masih harga lama. Dari Stasiun Pasar Senin Jakarta tujuan Stasiun Pasar Turi Surabaya, tetap Rp 104 ribu. Dapat fasilitas pendingin udara, jumlah penumpang sesuai dengan kursi, tidak ada yang berdiri atau berdesakan seperti dulu. " Pokoknya fasilutasnya sekarang lebih baik," puji Mudrikah. (asm)