Pemerhati Anak Ingatkan Orang tua Waspada Bahaya Lato-lato
Viral di media sosial tentang seorang anak berinisial AN kelas 2 SD di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, mengalami luka pada mata akibat bermain Lato-lato bersama kawan-kawannya.
Saat sedang dimainkan dengan kencang, Lato lato yang saling beradu itu pecah dan serpihannya mengenai mata AN. Ia saat itu bermain lato-lato di rumah temannya.
AN kemudian pulang ke rumah dalam keadaan mata sudah merah. Setelah ditanya ayahnya, AN mengatakan lato-lato miliknya pecah dan serpihannya mengenai matanya.
Ia pun langsung dibawa ke rumah sakit. Ayah AN pun menegaskan anaknya tidak mengalami kebutaan. Pandangan matanya hanya kabur karena efek operasi mengambil serpihan lato-lato.
Permainan Tradisional Yang Sedang Tren
Sebenarnya Lato-lato pernah populer juga di Amerika. Lato-lato disebut clackers. Namun karena permainan ini memakan korban, pada tahun 1970-an permainan ini dilarang oleh pemerintah setempat. Kala itu bahannya menggunakan material kaca sehingga ketika pecah, pecahannya menyebar sehingga berpotensi melukai banyak orang di sekitar selain pemainnya sendiri.
Sedangkan di Indonesia, Lato Lato menggunakan material kayu dan plastik sehingga lebih aman dibandingkan kaca, namun potensi pecah akibat dibentur benturkan tentulah masih mungkin terjadi.
Kini, Lato-lato dianggap permainan tradisional di Indonesia. Karena pernah tren di era 1990an dan menjadi ikonik di berbagai daerah di tanah air.
Permainan Lato-lato saat ini menjadi trend di kalangan anak-anak, bahkan juga hampir di semua usia. Bahkan ada perlombaan bermain Latoplato di Kabupaten Sidoarjo yang diikuti ratusan anak dengan hadiah bagi pemenang berupa 1 ekor kambing. Pemenangnya mampu memainkan lato-lato tanpa henti selama dua jam.
Lato-lato yang membenturkan dua bola keras ini, memang bisa menjadi alternatif bagi anak-anak untuk sejenak meninggalkan gawai. Lato-lato terdiri dari dua bandul plastik yang diproduksi dengan warna beragam, bahkan dengan bahan pembuatan berbeda pula.
Keasyikan memainkan Lato-lato adalah ketika berhasil membenturkan dua bandulnya dalam posisi seimbang secara berulang-ulang, hingga menimbulkan efek gerakan seimbang serta bunyi beraturan. Di situlah kepuasannya. Semakin lama seorang anak bisa memainkan Lato-lato, maka ia semakin bangga dan menjadi candu, sehingga ingin terus memainkan.
Dampak Positif Lato-lato
Retno Listyarti, praktisi pendidikan anak, menjabarkan sejumlah dampak positif lato-lato. Di antaranya, lato-lato bisa mengalihkan dan mengurangi dampak kecanduan gawai yang saat ini banyak dialami oleh anak-anak.
Kemudian permainan lato-lato bisa menstimulus kemampuan motorik anak. meningkatkan fungsi koordinasi antara kemampuan kognitif dan motorik. Fungsi koordinasi antara kognitif dan motorik halus di tangan anak ini terjadi ketika anak berusaha memainkan lato-lato hingga menimbulkan bunyi etek-etek.
Lato-lato juga bisa melatih anak untuk fokus dan konsentrasi serta melatih anak menjaga keseimbangan.
Selanjutnya berpotensi memunculkan sikap kompetitif atau mendorong anak untuk mencapai target untuk berjuang sampai bisa memenangkan momen itu.
Permainan lato-lato juga dapat menjadi healing secara sederhana. Karena permainan ini mampu membuat anak-anak yang memainkannya tertawa, merasakan senang, dengan harga yang murah dan terjangkau.
Dampak Negatif Lato-lato
Retno mengingatkan bahwa ada potensi bahaya dari permainan lato-lato, yaitu jika permainan lato-lato dilakukan oleh anak di usia yang kurang tepat atau meskipun di usia yang tepat tapi dilakukan secara berlebihan, sehingga bisa menimbulkan pembengkakan pada tangan.
Retno menambahkan bahwa, ”permainan lato-lato bisa menimbulkan bahaya jika bolanya pecah maka akan berpotensi kuat menimbulkan cedera pada anak, karena sepihannya bisa mengenai wajah dan mata seperti terjadi di Kota Baru. Dan jika talinya putus, maka bolanya bisa membentur tubuh atau benda lain di sekitarnya.
“Lato-lato juga bisa dipukulkan ke sesama teman bermain jika saat bermain terjadi perselisihan”, kata Retno Listyarti, Rabu 11 Januari 2023.
Retno yang juga didapuk sebagai komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengimbau agar permainan lato-lato dimainkan di tempat yang tepat, pada usia anak yang tepat, dan dengan pendampingan orang tua untuk keselamatan anak itu sendiri.
Ia mendorong batas usia anak bermain lato-lato, yaitu minimal 8 tahun. Karena anak usia 8 tahun ke atas telah memiliki kemampuan kognitif untuk menangkap rules (aturan) saat bermain lato-lato, baik dilakukan secara sendiri maupun bersama temannya.
Retno mengingatkan para orang tua memiliki aturan main lato-lato agar anak tidak kelelahan fisiknya, terutama bagian tangan dan kaki.
Para orang tua harus memastikan lato-lato yang dimainkan anaknya berbahan aman dan tak mudah pecah meski dibenturkan berkali-kali, agar anak-anak terhindar dari serpihan lato-lato ketika pecah dan berpotensi mengenai wajah terutama mata.
Para orang tua juga harus memastikan tali lato-lato kuat dan tidak mudah putus, karena ketika talinya putus saat dimainkan akan berpotensi mengenai benda atau manusia di sekitar anak yang sedang bermain.