Dapur Umum Penuhi Gizi Pengungsi dan Relawan Longsor di Nganjuk
Dapur umum tanggap bencana didirikan di Dusun Selopuro, Desa Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Dapur umum ini sudah tiga hari didirikan sejak bencana longsor, pada Senin, 15 Februari lalu.
Lokasi dapur umum ini berada di halaman luar tempat tinggal salah satu warga. Sebelumnya, area tersebut merupakan sanggar senam. Kini, untuk sementara waktu, tempat itu dipergunakan untuk keperluan memasak makanan kebutuhan relawan dan pengungsi.
Menurut keterangan Priyo Prasojo selaku kordintor Tagana Provinsi Jawa Timur, awalnya saat pendirian dapur umum pihaknya sempat mengalami kendala terkait keterbatasan prasarana kelengkapan untuk memasak.
"Kalau kendala alhamdulilah cuma keterbatasan di awal, karena waktu itu peralatan belum memadai. Jadi peralatan Tagana Nganjuk terbatas, akhirnya di dukung dari provinsi, dari Kabupaten Kediri, Ponorogo, Tuban, dan Bojonegoro. Tempat ini sanggar senam milik warga yang dipinjam," terangnya.
Untuk memenuhi kebutuhan makan para relawan dan pengungsi setiap hari, pihaknya selalu menyediakan 9.000 porsi per hari. "Kami bisa melaksanakan pemenuhan kebutuhan pangan, sekali makan itu 1.000 bungkus. Setelah itu kami mendistribusikan sesuai dengan jam. Makan pagi maksimal sampai pukul 09.00 WIB, makan siang maksimal sampai 14.30 WIB, dan makan malam maksimal sampai pukul 19.00 WIB," ungkap Priyo Prasojo.
Setiap satu kali masak, lanjut Priyo Prasojo, porsi beras yang dibutuhkan seberat 100 kilogram. Jika dihitung sehari tiga kali masak, beras yang digunakan mencapai 300 kilogram.
Logistik kebutuhan pangan yang ditempatkan di dapur umum ini merupakan bantuan berasal dari pemerintah, relawan, komunitas, serta dari masyarakat. Pendirian dapur umum berlaku menyesuaikan waktu tanggap darurat penanganan bencana.
"Mereka yang dilibatkan dalam proses produksi memasak ini diantaranya Tagana, relawan dan PKH," ujar Priyo Prasojo.
Bukan hanya sekedar memasak, tim Tagana juga mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan gizi para pengungsi dan relawan. "Di sini kita memanfaatkan apa yang ada di stok bahan, jadi kita laksanakan sesuai standar kami," ujar Priyo Prasojo.
"Pemenuhan kebutuhan makan, jadi kita harus menyesuaikan menu gizinya juga. Gizinya juga harus di perhatikan karena petugas Basarnas meminta kami, butuh gizi yang besar. Di samping itu juga diperhatikan ke hegianisnya," sambung pria 43 tahun ini.
Di samping kelengkapan logistik, untuk memasak di lokasi juga didatangkan dua unit mobil dapur umum milik Provinsi dan Kabupaten Kediri.
Advertisement