Pembunuhan Shireen Abu Aqleh, Israel Tolak Penyelidikan
Pembunuhan jurnalis veteran Aljazeera Shireen Abu Aqleh telah mendapat sorotan dunia. Namun, hal itu tidak membuat Israel melakukan penyelidikan sebagai tindakan kriminal dalam peperangan di kamp pengungsian Jenin, Tepi Barat, Palestina.
Militer Israel telah membuat pernyataan, pada Kamis 19 Mei 2022. "Tidak perlu membuka penyelidikan Polisi Militer pada tahap ini," bunyi pernyataan Militer Israel dikutip Jerusalem Post dari laman Anadolu Agency, Sabtu 21 Mei 2022.
Jurnalis veteran Aljazeera Shireen Abu Aqleh telah tewas saat melakukan liputan lengkap dengan rompi pers, dan helm atau pelindung kepala, pada Rabu 11 Mei 2022.
Israel mengklaim, dalam pembunuhan Shireen Abu Aqleh dan penyelidikan sementara tentara tidak dapat menentukan dia dibunuh oleh tembakan Israel, atau Palestina.
"Tidak ada kecurigaan nyata dari tindakan kriminal," kata Militer Israel.
Pembunuhan oleh Tentara Israel
Pejabat Palestina dan Aljazeera mengatakan, dia dibunuh oleh pasukan Israel.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam keputusan itu dan menganggap Israel bertanggung jawab penuh atas pembunuhan. Banyak pemerintah, kelompok hak asasi, dan badan pers telah mengupayakan penyelidikan transparan atas pembunuhan jurnalis veteran Palestina itu.
Kematian Shireen
Jurnalis veteran Al Jazeera Shireen Abu Aqleh (51) tewas di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat, Palestina, Rabu 11 Mei 2022 waktu setempat. Kematian Shireen terjadi setelah militer Israel telah menembak Shireen saat meliput operasi penyerbuan pasukan Israel di kamp tersebut.
Peluru tajam pasukan Israel mengenai bagian kepala Abu Aqleh hingga nyawa dia tidak dapat tertolong, meski dia sudah dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis.
Padahal, Abu Akleh mengenakan rompi pers ketika dia ditembak. Dia dinyatakan meninggal di rumah sakit.
"Kami empat jurnalis, kami semua memakai rompi, semua memakai helm. Tentara pendudukan (Israel) tidak berhenti menembak bahkan setelah dia pingsan. Saya bahkan tidak bisa mengulurkan tangan untuk menariknya karena tembakan. Tentara bersikeras menembak untuk membunuh," kata Shatha Hanaysha, seorang jurnalis Palestina yang berdiri di samping Abu Akleh ketika dia ditembak dilansir dari laman Aljazeera, ketika itu.
Hanaysha menyatakan, tidak ada konfrontasi antara pejuang Palestina dan tentara Israel. "Kelompok jurnalis telah menjadi sasaran serangan Israel," kata Hanaysha.
Shireen Abu Akleh adalah salah satu koresponden lapangan pertama bergabung dengan Aljazeera, pada tahun 1997.
Direktur Pelaksana Aljazirah, Giles Trendle mengaku terkejut dan sedih dengan kematian Shireen Abu Akleh. Dia menyerukan penyelidikan transparan atas pembunuham Abu Akleh.
"Sebagai jurnalis, kami terus bekerja. Misi kami adalah untuk melanjutkan. Kami tidak akan dibungkam meskipun ada upaya untuk membungkam kami. Misi kami adalah selalu melanjutkan untuk memberi tahu dunia apa yang sedang terjadi. Dan itu lebih penting," kata Trendle.
"Tidak ada penembakan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata Palestina," kata Walid al-Omary, Kepala biro Aljazeera di Ramallah.
Sikap Palestina dan Israel
Selain pihak Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Palestina telah mengkonfirmasi kematian Abu Aqleh (51) yang merupakan figur terkemuka dalam saluran berita Arab tersebut.
Pihak Al Jazeera juga menyebut bahwa pasukan Israel membunuh Abu Aqleh "dengan darah dingin" ketika dia bekerja di wilayah Palestina.
"Dalam pembunuhan terang-terangan, melanggar hukum dan norma internasional, pasukan pendudukan Israel membunuh dengan darah dingin koresponden Al Jazeera di Palestina," kata Al Jazeera dalam pernyataannya.
Media itu pun menyerukan masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban pasukan pendudukan Israel atas "penargetan dan pembunuhan yang disengaja terhadap jurnalis perempuan tersebut".
"Menargetkan Shireen adalah penargetan yang jelas dari kebenaran, dan (Israel) ingin menutupi kejahatannya terhadap rakyat Palestina. Israel ingin mengirim pesan kepada wartawan di seluruh dunia bahwa, nasib siapa pun yang ingin menutupi kebenaran akan ditembak dan dibunuh," ujar juru bicara kelompok Fatah, Osama al-Qawasami.
Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengatakan, menawarkan penyelidikan patologis bersama atas kematian Abu Akleh. Dia mengatakan, wartawan harus dilindungi di zona konflik.
Kematian Abu Akleh menuai kesedihan bagi warga Palestina dan komunitas internasional. Ungkapan belasungkawa untuk kepergian Shireen Abu Aqleh telah berdatangan di lini massa.
“Pasukan pendudukan Israel membunuh jurnalis tercinta kami Shireen Abu Akleh saat meliput kebrutalan mereka di Jenin pagi ini. Shireen adalah jurnalis Palestina paling terkemuka dan teman dekat,” kata Duta Besar Palestina untuk Inggris Husam Zomlot.
Advertisement