Pembukaan TWA Kawah Ijen Bisa Gerakkan Roda Ekonomi
Pembukaan Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen disambut baik masyarakat. Pasalnya, keberadaan TWA Kawah Ijen sebagai salah satu wisata andalan Banyuwangi dianggap mampu menggerakkan ekonomi, khususnya para penambang belerang dan pelaku wisata.
Selama TWA Kawah Ijen ditutup praktis para penambang belerang tidak bisa beraktivitas. Begitu juga dengan pelaku wisata. Pendapatan mereka turun drastis karena banyak wisatawan yang batal berkunjung ke Banyuwangi.
Diketahui, setidaknya ada sekitar 150 orang yang menggantungkan wisata yang dikenal denga blue fire-nya ini. Dengan ditutupnya TWA Kawah Ijen para penambang belerang praktis tidak bisa mengais rizki. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya mereka harus hutang ke tetangga atau ke warung.
"Selama ditutup, saya sempat jadi buruh tani. Tapi tidak cukup hasilnya. Terpaksa saya hutang ke warung tetangga," kata Ahmad, 50 tahun, salah seorang penambang belerang asal Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro.
Begitu juga pengakuan Wisnu Agung Priambodo, 39 tahun, salah seorang pemilik home stay di kawasan TWA Kawah Ijen. Ia mengaku pendapatannya turun signifikan selama dua pekan penutupan TWA Kawah Ijen. Angka penurunan mencapai 50 persen dibanding hari biasanya.
"Semua pelaku wisata sangat merasakan dampak penutupan Ijen. Banyak turis yang menggagalkan kunjungannya ke Banyuwangi karena Ijen ditutup. Tidak hanya wisatawan lokal tapi juga mancanegara," katanya kepada Ngopibareng.id, Kamis 7 November 2019.
Dia menyambut baik pembukaan kembali TWA Kawah Ijen untuk kunjungan wisata. Menurutnya, pembukaan ini akan menggerakkan kembali roda ekonomi. Tidak hanya bagi pelaku wisata tapi secara umum masyarakat Banyuwangi.
"Mulai tadi malam sudah banyak orderan yang masuk. Alhamdulillah sudah mulai banyak wisatawan yang akan berkunjung ke Ijen," kata owner Home Stay Umyah Tikel ini.