Pembebasan Jurnalis, Eks-Diplomat AS Temui Junta Militer Myanmar
Mantan diplomat Amerika Serikat dan juru runding Bill Richardson bertemu dengan pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing. Dalam pertemuan Selasa itu, kedua tokoh saling bertukar pandangan sekaligus mendiskusikan bantuan Covid-19 dari Amerika Serikat ke Myanmar.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta 1 Februari kala junta militer menangkap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan sejumlah petinggi partai Nation League of Democration (NLD).
Sejak kudeta tersebut, pasukan militer telah melancarkan sejumlah tindakan kekerasan kepada para demonstrasi anti kudeta 1 Februari. Beberapa organisasi kemanusiaan melansir bahwa tindakan begis militer Myanmar tersebut telah menewaskan lebih dari 1.200 warga.
“Mereka bertukar pandangan dan mendiskusikan… bantuan vaksin Covid-19 dari Amerika Serikat ke Myanmar,” kata situs berita nasional Myanmar yang didukung oleh militer,” ungkap situs berita dikelola militer, dikutip Jumat 5 November 2021.
Pembebasan Jurnalis Danny Fenster
Richardson tiba di Myanmar dalam rangka misi kemanusiaan pribadi dari lembaga yang menaunginya yaitu Richardson Center. Situs web militer Myanmar tidak menyebut perundingan tersebut terkait dengan pembebasan jurnalis Danny Fenster yang mereka tahan sejak Mei.Pimpinan Junta Militer Myanmar dan
Fenster didakwa mendorong perbedaan terhadap militer dan asosiasi yang melanggar hukum. Jika terbukti bersalah, Fenster akan menghadapi hukuman enam tahun penjara.
Alih-alih mengomentari pebebasan demonstran anti junta militer Myanmar, Richardson mengaku sedang merundingkan pembebasan sandera tentara Amerika di Korea Utara, Kuba dan Sudan.
Sebelum Richardson tiba hari ini, kunjungan terakhir antara Richardson ke Myanmar terjadi pada tahun 2018. Saat itu, ia tercatat sebagai penasihat tentang kekerasan yang terjadi di Rakhine. Tetapi, tiba-tiba ia mengundurkan diri setelah perjalanan dan menuduh Suu Kyi tidak memiliki kepemimpinan moral dalam mengatasi krisis tersebut.
Richardson mengakui, pengundurannya terjadi karena khawatir komite akan menghapus penyebab krisis Rohingya. Jenderal Min Aung Hlaing merupakan kepala jutan sekaligus kepala angkatasn bersenjata selama penumpasan di tahun 2017