Pembatasan Dilonggarkan, COVID-19 di China Mengkhawatirkan
Foto dan video tentang antrean mobil ambulans membawa jasad di krematorium di China, viral di media sosial. Begitu juga foto barisan kantong jenazah di rumah sakit. COVID-19 di China meledak usai pemerintah melonggarkan pembatasan.
Viral di Media Sosial
Sejumlah akun bercentang biru di Twitter banyak membagikan kondisi darurat di China. Terdapat video berisi kamar di rumah sakit yang penuh dengan pasien lansia sedang mendapatkan bantuan alat pernapasan.
Begitu juga video antrean mengular mobil ambulans yang hendak masuk ke fasilitas krematorium.
Ada pula foto barisan kantong jenazah yang menunggu utuk diangkat dari salah satu rumah sakit di China, dikutip dari laman news.com.au.
Terbaru, artis opera populer Chu Lanlan meninggal di usia 40 tahun akibat komplikasi yang muncul setelah positif COVID-19.
Kematiannya banyak dibicarakan netizen di Weibo. Kematiannya banyak mengejutkan warga China. Sebab Chu Lanlan masih tampil dan menghibur fansnya dengan baik beberapa pekan sebelumnya.
Pembatasan Dilonggarkan
Pemerintah China sendiri belum menyampaikan informasi terkini terkait kondisi rumah sakit serta korban yang meninggal akibat COVID-19.
Namun Komisi Kesehatan China menyebut angka penularan satu pasien yang positif atau angka R, kini merujuk pada 1 banding 16. Di mana satu orang terinfeksi bisa menularkan kepada 16 orang. Pakar memprediksi kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya 60 persen komunitas di China akan terinfeksi COVID-19 pada minggu depan.
Kondisi yang terjadi di China berbeda dengan keadaan global secara umum. China lebih rentan diduga karena angka vaksinasi yang lebih rendah terutama di kalangan lansia, serta efektivitas vaksin buatan China yang kurang baik, dibandingkan vaksin dengan mRNA yang banyak digunakan di dunia.
Definisi Kematian akibat COVID-19
Selain itu, pemerintah China juga mengubah definisi kematian akibat COVID-19. Pemerintah hanya akan menghitung kematian pada pasien positif COVID-19 yang meninggal akibat gagal napas saat menggunakan alat bantu pernapasan.
"Hanya sedikit yang meninggal karena gagal napas akibat COVID-19. Umumnya meninggal karena penyakit komorbid," kata dokter terkemuka Wang Guiqiang.
China mencatat 5.200 kematian sejak pandemi mulai berlangsung. Jumlah yang cukup sedikit dibandingkan dengan Australia yang mencapai 16.000 orang.
Kondisi Chaos
Keadaan yang berlangsung di China memicu kekhawatiran pakar akan infeksi global dan stok obat dunia.
Di China sendiri telah terjadi kelangkaan sejumlah obat. Pakar epidemiologis lulusan Harvard, Eric Feigl-Ding menyebut jika "kita perlu khawatir dengan kondisi suplai obat China, sebab ledakan COVID-19 terus berlanjut."
Ia pun mengingatkan tsunami global bisa muncul bila ledakan COVID-19 di China kali ini tak ditanggapi dengan serius. "Yang terjadi di China tak hanya tinggal di China. Kita belajar dari Wuhan 3 tahun lalu. Kematian 2022-2023 ini juga tak akan kecil. Gangguan ekonomi global akibat tsunami baru di China juga akan buruk," katanya.
Advertisement