Pembantaian Gaza Berlanjut, Amerika Siapkan Bantuan Untuk Israel
Dewan Perwakilan Rakyat di Amerika Serikat meloloskan proposal bantuan militer mandiri untuk Israel, senilai USD14,3 miliar atau sekitar Rp225 triliun, Kamis 2 November 2023. Hal itu muncul di tengah pembantaian di Gaza yang menewaskan sedikitnya 9 ribu orang.
Dikutip dari Reuters, proposal itu harus mendapatkan persetujuan dari Senat, jika ingin terealisasi. Sedangkan di DPR AS, proposal dalam Undang-Undang Alokasi Tambahan Keamanan Israel tahun 2024 itu didukung 226 anggota dewan yang sebagian besar berasal dari Partai Republik, serta ditolak oleh 196 anggota dari Demokrat dengan 2 orang lain berasal dari Republik.
Namun undang-undang itu kemungkinan besar akan diveto oleh Presiden Joe Biden. Pasalnya, undang-undang itu tidak menyertakan dana tambahan senilai USD105 miliar atau sekitar Rp1.655 triliun, seperti yang diminta pada kongres di akhir Oktober.
Hal lain, Joe Biden juga meminta sekitar Rp962 triliun bantuan militer untuk Ukraina. Senat pun sebagian besar akan mengajukan anggaran sesuai dengan permintaan Biden, sehingga akan menolak draft dari DPR itu.
Selain itu, AS telah memberi Israel bantuan militer sekitar 3,8 miliar US dolar (sekitar Rp59,9 triliun) setiap tahunnya. Bantuan ini menjadi yang terbesar dibandingkan negara mana pun di seluruh dunia, dikutip dari Antara.
Sikap parlemen AS sendiri banyak ditentang oleh warganya. Video berisi protes warga AS di dalam ruang dengar pendapat di DPR, viral di media sosial.
Pembantaian di Gaza
Usulan bantuan itu muncul di tengah pembantaian yang terus berlanjut di Gaza. Bombardir roket dan serangan di darat telah menewaskan sekitar 9.061 warga Gaza per Jumat, 3 Oktober 2023, dikutip dari Al Jazeera.
Jumlah korban yang sempat dibantah oleh Presiden AS Joe Biden. "Saya tidak menganggap orang-orang Palestina mengatakan kebenaran tentang berapa banyak orang yang terbunuh. Saya yakin orang-orang tak berdosa telah terbunuh, dan ini adalah harga dari perang yang terjadi," katanya, pada Kamis 26 Oktober 2023 lalu. Saat itu jumlah korban masih di angka 6.000 orang.
Namun, PBB dan dunia internasional mengutuk dan menuntut gencatan senjata segera, di Gaza. Meski opsi dan resolusi gencatan senjata di PBB ditolak oleh Israel serta AS sebagai sekutunya. Israel tetap melanjutkan serangan sambil menyatakan jika gencatan senjata tidak ada di "menu" yang bisa dipilih saat ini.
Israel sering menyasar fasilitas umum, termasuk rumah sakit dan pengungsian di Jabalia, Gaza. Mereka berpendapat, Hamas bersembunyi di lorong-lorong di bawah rumah sakit.
Selain itu, korban tewas juga muncul di Tepi Barat akibat razia yang dilakukan Israel. Al Jazeera menyebut sedikitnya 4 orang warga Palestina meninggal di Tepi Barat.
Sementara, Israel mengumumkan sebanyak 1.400 orang dan 19 tentara meninggal akibat serangan roket Hamas pada 7 Oktober lalu.
Advertisement