Jembatan Kaca di TNBTS Tak Ganggu Kawasan Konservasi
Masterplan pembangunan jembatan kaca di daerah Seruni Point Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo sudah ditetapkan oleh pihak Kementerian Pembangunan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Nantinya jembatan kaca tersebut didesain dengan tipe suspended-cable dengan panjang bentang 120 meter dan kedalaman jurang kurang lebih 80 meter. Ukuran lantai jembatan memiliki lebar 1,8 dan 3,0 meter.
Terkait adanya jembatan kaca tersebut, Plt Balai Besar (BB) TNBTS, Novita Kusuma Wardani mengatakan bahwa pembangunan berada di luar kawasan konservasi, sehingga tidak akan menggangu program-program pelestarian dari TNBTS.
"Dari titik yang disampaikan oleh PU, ternyata memang lokasi utamanya ada di luar kawasan TNBTS," ujarnya pada Jumat 22 Oktober 2021.
Novita mengatakan bahwa setelah dilakukan pemeriksaan proses pemasangan tiang pancang jembatan kaca tersebut tidak menyentuh kawasan konservasi dan berada di lahan milik masyarakat.
"Setelah dilakukan pengecekan ke lapangan, titik pilar-pilarnya itu ada di luar kawasan Taman Nasional, di lahan masyarakat. Tetapi memang jembatannya melintas di atas jurang menghadap ke Gunung Batok, Bromo dan Semeru," katanya.
Justru, kata Novita, dengan adanya jembatan kaca tersebut dapat melindungi tanaman endemik yang ada di kawasan taman nasional dari aktivitas manusia.
"Karena kan pengunjung datang ke sini tidak menginjak-injak kawasan. Tapi dia justru melintas di atas jembatan yang minim interaksi kawasan," ujarnya.
Dalam proses pembangunannya, ujar Novita, memang jembatan kaca tersebut sempat menuai pro-kontra karena melintas goa yang dianggap suci oleh Suku Tengger. Namun, oleh pihak kementerian diambil keputusan untuk jalur lintasan tersebut ditarik mundur agar tidak tepat berada di atas goa tersebut.
"Kemudian setelah dikomunikasikan, dipilih lokasi yang agak mundur, tidak melintasi goa itu dan masyarakat pun tidak keberatan," katanya.