Pembangunan Infrastruktur Butuhkan Data BMKG
Selain faktor teknis, cuaca juga menjadi salah satu faktor penentu dalam sukses atau tidaknya pembangunan proyek infrastruktur.
Untuk itu, informasi cuaca yang dikeluarkan Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG), sangat dibutuhkan sebagai data pendukung.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyampaikan hal tersebut saat diskusi bertajuk 'Kesiapan Infrastruktur dan Transportasi dalam Menghadapi Risiko Bencana Hidrometereologis' di Kantor BMKG, Jumat, 26 Januari 2018.
Dialog yang diselenggarakan Kompas bekerja sama dengan Kagama dan BMKG itu turut dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dan anggota Komisi V DPR Yoseph Umar Hadi.
"Dalam membangun infrastruktur apakah itu jalan, bendungan, rumah, air yang dilaksanakan, dalam pelaksanaannya biasanya kami butuh ramalan atau prediksi cuaca," ujar Basuki.
Ia tak menampik bila sampai saat ini cadangan infrastruktur yang dimiliki Indonesia masih sangat terbatas.
Tak hanya disebabkan pembangunan infrastruktur yang terlambat, tetapi juga adanya bencana alam yang terjadi pada saat pekerjaan konstruksi itu dilaksanakan.
"Jadi kita kalau (sedang membangun) ada bencana, akan kembali ke titik nol (karena rusak)," cetusnya.
Sebagai negara kepulauan beriklim tropis, Indonesia selalu dihadapkan pada risiko hidrometeorologis yang tidak ringan.
Bencana hidrometeorologis disebabkan oleh faktor iklim melalui siklus air dan angin yang ada di permukaan bumi.
Bentuk dan letak geografis Indonesia, sudah dengan sendirinya terpapar pada risiko yang dibawa oleh angin siklon, curah hujan tinggi, kemarau, laut pasang, dan gelombang atau bahkan tsunami, banjir, tanah longsor, gelombang pasang, abrasi, kekeringan dan kebakaran hutan.
Sepanjang 2017, ada 2.341 bencana hidrometeorologis yang terjadi. Banjir menempati urutan pertama diikuti oleh puting beliung dan tanah longsor.
Adapun bencana tersebut mengakibatkan 3,5 juta jiwa menderita dan mengungsi, serta merenggut nyawa 377 jiwa. Selain itu, bencana juga mengakibatkan 47.000 unit rumah rusak.
Basuki menambahkan, dengan adanya informasi dari BMKG, diharapkan proses pembangunan infrastruktur itu menjadi lebih terukur dan terencana dengan matang.
"Biasanya windows time kami kalau berkaitan degan cuaca sangat sedikit. Kayak kita bangun Tol Bawen-Salatiga, itu windows time kami sangat tergantung sekali dengan cuaca. Dengan mengetahui itu, kita bisa memanfaatkan 2-3 jam untuk bekerja," pungkasnya. (frd/ant)