Pembakaran Polsek Tambelangan Disebut Telah Coreng Nama Ulama
Sejumlah ulama, kiai dan habaib Sampang, Madura, Jawa Timur, mengecam keras tindakan massa yang melakukan pengerusakan dan pembakaran terhadap markas Polsek Tambelangan, Sampang.
Salah satu perwakilan kiai Sampang, KH Bukhori Maksum, mengaku pihaknya kecewa dengan ulah segerombolan massa tersebut. Baginya perbuatan itu juga telah mencoreng nama ulama di Madura.
"Karena ini terus terang saja tentu telah mencoreng nama-nama terutama ulama di Sampang," kata kata Bukhori, usai menggelar pertemuan di Rumah Dinas Kapolda Jatim, Surabaya, Minggu, 26 Mei 2019.
"Karena ini terus terang saja tentu telah mencoreng nama-nama terutama ulama di Sampang."
Para ulama, selama ini telah berupaya mengedukasi santri serta masyarakat di sekitar Sampang untuk tak mudah terprovokasi dalam masa pascapemilu. Namun, dengan kejadian ini ia yakin betul ada aktor intelektual yang mengendalikan massa untuk melakukan tindakan tersebut.
"Untuk itu kami berharap, dengan hormat kepada bapak kapolda, mengusut tuntas dan mencari siapa aktor otak dibelakang itu," ujar Bukhori, yang juga Ketua MUI Sampang ini.
Pihaknya pun telah menyatakan kesiapan untuk melakukan upaya-upaya mendukung kepolisan dalam menindak para pelaku pembakaran tersebut. Ia berharap polisi tak ragu untuk penegakkan proses hukum.
"Kami memberikan masukan, kaitannya dengan kejadian di Tambelangan yaitu pembakaran kantor polsek. Untuk itu kami mmberikan masukan ke bapak kapolda, agar tidak ragu-ragu untuk menegakkan hukum kepada siapa-siapa yang terlibat dalam kejadian itu," kata dia.
Sementara itu, Polda Jatim telah menetapkan dan mengamankan enam orang tersangka yang diduga melakukan pengerusakan dan pembakaran terhadap markas Polsek Tambelangan, Sampang, Madura.
Keenam orang tersebut, juga telah ditetapkan sebagai tersangka, dan sedang menjalani pemeriksaan di Mapolda Jawa Timur, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, untuk digali keterangannya lebih jauh.
Sebelumnya, Mapolsek Tambelangan Sampang dibakar massa, Rabu, 23 Mei 2019, sekitar pukul 21.00 WIB malam. Diduga pembakaran itu dipicu berita bohong atau hoaks yang menyebut seorang ulama Madura ditangkap polisi saat mengikuti aksi 22 Mei di Jakarta. (frd)