Pemangku Kepentingan di Banyuwangi Kolaborasi Tangani TBC
Penanganan penyakit tubercolosis (TBC) membutuhkan kolaborasi dari lintas sektoral. Perlu adanya peningkatan kesadaran dan komitmen pemangku kepentingan dan masyarakat untuk bersama-sama melakukan penanggulangan TBC melalui jejaring lintas sektor dan instansi. Sebab, TBC masih menjadi masalah Kesehatan di Banyuwangi.
Atas inisiasi Yayasan Bhanu YasaSejahtera (YABHYSA), sejumlah pemangku kepentingan seperti Dinas Kesehatan Banyuwangi, Rumah Sakit, Dinas Pendidikan, dan Kementerian Agama Banyuwangi dan instansi lain melakukan rapat koordinasi di salah satu hotel, Jumat, 15 Desember 2023. Mereka berkomitmen untuk melakukan kolaborasi dalam upaya penanggulangan TBC.
Pengelola Program TBC Komunitas YABHYSA Banyuwangi, Yulia Putri Rahmida, YABHYSA telah menginisiasi pembentukan Tim Percepatan Penanggulangan TBC Banyuwangi.
Sejak 2021, Dinas Kesehatan Banyuwangi bersinergi dan bermitra dengan YABHYSA dalam penanggulangan TBC.
“Kami memiliki program unggulan YABHYSA Peduli TBC. Melalui program ini, pada tahun 2023, YABHYSA berhasil mendukung penanggulangan TBC di Banyuwangi,” jelas Yulia Putri Rahmida.
Data Dinas Kesehatan Banyuwangi, per 10 Desember 2023, target penemuan terduga TBC mencapai 23.490. Di antaranya terdapat 2.829 orang yang positif TBC dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar 87,94%.
Sesuai PERPRES Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC, diperlukan upaya penanggulangan yang komprehensif, terpadu dan berkesinambungan dari berbagai pihak, tidak hanya bidang kesehatan saja.
Pengurus Koalisi Organisasi Profesi Indonesia (KOPI) TBC dr. Dedy Sasongko, Sp.P. mengatakan, untuk mengenali penyakit TBC, ada tanda-tanda tertentu. Biasanya, menurut dokter spesialis paru di RSUD Blambangan ini, orang yang terpapar TBC mengalami batuk lebih dari dua minggu dengan disertai demam. Selain itu, nafsu makannya juga berkurang dan mengalami sesak nafas.
“Kalau ada yang mengalami gejala seperti ini segera dibawa periksa ke Puskesmas. Nanti di sana diperiksa dahaknya untuk mengetahui dia TBC atau tidak. Kalau di RSUD bisa langsung di rontgen,” jelasnya.
Gejala ini, lanjut Dedy, bisa berbeda kalau terjadi pada bayi. Dia menyebut, pada bayi, gejala batuk tidak dominan. Namun yang biasanya tidak ada perkembangan pada berat badan bayi. Sehingga kalau bayi mengalami kondisi ini harus segera dilakukan pemeriksaan.
Dedy menyebut, dalam setahun, penderita TBC bisa menulari hingga 15 orang yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu penderita TBC harus menggunakan masker agar tidak menularkan pada orang di sekitarnya.
“Kalau tingkat fatality sekitar 50 persen lebih,” imbuh dia.
TBC juga rentan menjangkiti anak-anak usia sekolah. Dinas Pendidikan Banyuwangi dan Kemenag Banyuwangi juga berkomitmen untuk mendukung semua program untuk penanggulangan TBC ini. Selama ini sudah ada upaya deteksi dini di tingkat sekolah maupun pesantren. Deteksi dini ini dilakukan Dinas Kesehatan melalui petugas Puskesmas.
“Kami siap mendukung program penanggulangan TBC ini. Kami juga memiliki tenaga penyuluh di tingkat Kecamatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Mereka bisa kita optimalkan untuk penanggulangan TBC ini,” ujar Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam, Kantor Kementerian Agama Banyuwangi, Fakhrurrazi.
Kasi Peningkatan Mutu dan PTK SD Dinas Pendidikan Banyuwangi, Erpandi, menyatakan, jika ditemukan ada murid yang diduga terpapar TBC perlu penanganan cepat. Langkah cepat ini menurutnya penting agar tidak menular ke siswa yang lain.
“Perlu ada langkah untuk memutus penyebaran,” tegasnya.
Dia menyebut, untuk mencegah penularan, murid yang terpapar TBC harus menggunakan masker. Pada saat yang bersamaan, yang bersangkutan juga harus ditangani dengan memberikan obat untuk menyembuhkan TBC yang dideritanya.
“Namun, tidak kalah penting harus ada solusi agar anak tersebut tidak dikucilkan teman-temannya,” ujarnya.
Sub Koordinator Fungsional P2PM Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, Ahmad Yunus Setiawan, menegaskan, untuk penanggulangan TBC ini, di tiap Puskesmas ada petugas penanggung jawab program TBC. Di Banyuwangi terdapat 25 Puskesmas.
“Jika ditemukan ada yang terpapar TBC maka dilakukan perluasan tracing, ke lingkungan tempatnya, kalau dia ikut pengajian seluruh cek seluruh anggota pengajian, kalau dia sekolah dicek teman sekolahnya, kalau mondok kita cek ke pesantrennya,” tuturnya.
Ahmad Yunus Setiawan menegaskan, TBC ini merupakan penyakit menular yang bisa disembuhkan secara total. Tentunya dengan pengobatan yang benar dan rutin. Menurutnya, seluruh obat untuk penyakit TBC ini gratis.
Penanggulangan penyakit TBC ini juga harus didukung dengan gaya hidup sehat dari masyarakat. Rumah tidak boleh lembab termasuk seluruh kamarnya. Ventilasi juga harus bagus dan harus mendapatkan sinar matahari.
“Virus TBC ini sangat lemah, begitu dia kena cahaya matahari dia akan mati. Ini salah satu cara penanggulangannya,” ujarnya.