Patirtan Sumberbeji Jombang, Konon Berusia 900 Tahun
September 2019 silam publik dihebohkan dengan penemuan peninggalan sejarah di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Penemuan tersebut berupa tempat pemandian sedalam 2.5 meter. Airnya tampak bening dan jernih, berwarna hijau kebiruan. Sekarang, terhitung empat hari situs dibuka kembali setelah ditutup sejak pertengahan Maret 2020.
Untuk menuju lokasi dibutuhkan sekitar 40 menit dari pusat kota. Jalanan menuju pemandian ini dipenuhi hamparan sawah nan hijau pun rumah penduduk.
Di lokasi, pengunjung akan disambut rindangnya dua pohon beringin raksasa yang umurnya diperkiraan ratusan tahun. Tak jauh dari pohon, tampak sepuluh lapak pedagang kaki lima berjejer membentuk huruf L. Selain itu tersedia pula tempat duduk, meja, serta gazebo yang terbuat dari kayu.
Sementara itu, kendati tempat wisata sudah dibuka, area pemandian masih berpagarkan bambu kuning. Menurut ketua keamanan Mulyo Santoso pagar sengaja dibangun untuk melindungi situs budaya. Terlebih, di kala pandemi, pengunjung hanya diperbolehkan menikmati keindahan pemandian dari luar.
“Pagarnya dibuat oleh Paguyuban Pelestari Cagar Budaya menggunakan uang pribadi dan sukarela. Tujuannya agar aman dan menjaga situs budaya. Saat ini saya kunci sementara saat covid, jadi pengunjung lihat dari luar,” kata Mulyo Santoso kepada Ngopibareng.id pada Kamis, 2 Juli 2020.
Meski demikian, ia mengizinkan pengunjung yang ingin masuk. Terlebih jika datang dari jauh dan hendak melakukan ritual di area dekat pemandian. Syaratnya, pengunjung tetap harus mematuhi protokol kesehatan.
“Sementara ini saya kunci karena pandemi, tapi jika ada yang ingin salat atau ritual saya izinkan. Tetap harus memakai masker dan menggunakan hand sanitizer,” katanya.
Menurutnya, pengunjung bisa mencapai seratusan orang setiap harinya, sebelum pandemi covid-19 menyerang. Namun, empat hari terakhir, sekitar 30 orang pengunjung datang di sumber yang sejuk itu. Tak ada biaya yang dipungut untuk masuk, kecuali biaya parkir kendaraan.
Tempat Keramat
Mulyo menyebutkan berbagai pengunjung datang dari berbagai daerah dengan tujuan tertentu. Mulai dari bertapa, ibadah, mencari kesembuhan, hingga bersantai. Sebagaian besar datang dari propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Seperti Surabaya, Malang, Kebumen, Jogja, Bali, Jombang dan Tulungagung.
Ia bertutur jika sumber pemandian ini sudah ada sejak 900 tahun lalu. Selain itu, sebelum mengalami ekskavasi banyak cerita angker yang dialami para pengunjung. Salah satunya ikan dari pemandian yang berubah menjadi daun bambu.
“Kalau saya diceritain mbah saya dulu diperkirakan pemandian ini sudah ada sejak 900 tahun. Pernah ada ikan berubah jadi daun bambu. Trus ikan yang sudah termakan dikeluarkan orang pintar jadi hidup kembali,” katanya.
Kini pemandian ini berada di bawah naungan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Institusi tersebut telah menunjuk empat juru pemeliharaan (Jupel) dari kabupaten pun desa setempat. Selain itu, berkolaborasi dengan Kepala Desa (Kades) Kesamben serta warga sekitar yang tergabung dalam Paguyuban Pelestarian Cagar Budaya Sumberbeji yang sudah bernotaris.
Beberapa penemuan terdahulu seperti 9 arca naga dan motif lain tersimpan di rumah Kades. Hingga saat ini tercatat sudah dilakukan ekskavasi sebanyak empat kali. Sayangnya terhambat lantaran dana.