Pelukis Sadikin Pard Meninggalkan Kita Selamanya
Berita mengejutkan menyebar sore ini. Sadikin Pard, pelukis dari Malang yang kondang karena suka membantu teman-temannya, meninggal dunia di Jakarta. Tepatnya meninggal di RS Cipto Mangunkusumohari Senin 2 Desember 2024 pukul 17.45. Menurut dokter di RSCM, Sadikin meninggal karena serangan jantung.
Sadikin berada di Jakarta untuk mengikuti pameran lukisan di Taman Ismail Marzuki yang diselenggarakan Kementerian Sosial RI, untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional 2024 yang jatuh 3 Desember. Kegiatan berlangsung selama tiga hari, dibuka oleh Mensos Saifullah Yusuf kemarin.
Ya Sadikin dipilih untuk mengikuti pameran karena sebagai seorang penyandang disabilitas, dia adalah seorang motivator. Kehadirannya diharapkan mampu memotivasi teman-teman penyandang disabilitas lainnya untuk selalu percaya diri dan terus berkarya.
Tanggal 29 Oktober 1966, Sadikin lahir tidak sempurna, tidak memiliki kedua tangan. Begitupun tubuhnya kecil di bawah rata-rata. Tapi kekurangan yang ada itu justru membuat Sadikin bersemangat dalam hidup dengan terus berkarya. Dia memang difabel, tapi different abilit, atau memiliki kemampuan yang berbeda. Dia melukis dengan kakinya. Akhirnya Sadikin yang kecil menjadi Sadikin besar.
Banyak pelukis yang memiliki studio untuk berkarya, tetapi hanya sedikit pelukis yang memiliki galeri sendiri untuk memajang karya-karyanya. Sadikin termasuk yang sedikit itu. Galeri milik Sadikin diberi nama Sadikin Pard Gallery, terdiri dari tiga lantai, berdiri di atas tanah seluas 200 meter di Jl. Selat Sunda Blok D5, Perumahan Sawojajar, Kota Malang, Jawa Timur. Lantai paling bawah dipergunakan untuk tempat tinggal dia bersama Tini istrinya, serta kedua anaknya. Sedang lantai dua dan tiga digunakan untuk memajang karya-karyanya, yang ditata dengan apik, termasuk pencahayaannya.
Karena melukisnya menggunakan kaki, maka Sadikin tercatat sebagai anggota organisasi internasional yang berpusat di Swiss, yaitu AMFPA (Association of Mouth and Foot Painting Artists). Organisasi ini didirikan Arnulf Erich Stegmann tahun 1957. Sesuai namanya, semua anggota organisasi ini adalah pelukis yang melukis dengan kaki atau mulut. Itu berarti semua anggota AMFPA yang total berjumlah 820 orang di 76 negara ini adalah difabel.
Sadikin adalah salah seorang anggota AMFPA. Di Indonesia hanya ada lima orang anggotanya, selain Sadikin adalah Agus Yusuf (Madiun), Sabar Subardi (Salatiga), Mohamad Asrul (Bali) dan Patricia dari Bandung. Karya-karya mereka ini disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia oleh AMFPA dalam bentuk postcard, dan lumayan juga royaltinya.
Selasa pagi, jenazah Sadikin Pard akan diterbangkan ke Malang, difasilitasi Kemensos. Menteri Sosial Saifullah Yusuf menyampaikan duka mendalam, tetapi juga bangga kepada almarhum. “Saya beberapa kali bertemu dengan almarhum, termasuk di pameran kemarin, semangatnya memang luar biasa. Dia orang istimewa,” kata Gus Ipul.
Selamat jalan Sadikin, sampeyan orang baik. Para pelukis dan orang-orang yang mengenalnya, pasti merasa sangat kehilangan. Hobinya memang bercanda, mentraktir dan membantu teman. Tetapi bukan karena itu para pelukis dan orang yang mengenalnya merasa kehilangan, melainkan karena Sadikin adalah orang yang selalu menularkan semangat dan optimisme. Kekurangan yang ada padanya, dia ubah menjadi kelebihan dan kekuatan. (nis)