Pelukis Poerono Sambowo Hari Ini Menemukan Sunyinya
Pelukis Poerono Sambowo, 79 tahun, hari ini Senin 23 November meninggal dunia. Kabar ini berasal dari akun Facebooknya, Poerono Sambowo yang diposting anaknya.
"Telah berpulang ke Rahmatullah Romo kami tercinta hari ini senin 23 nov 2020 pukul 12:30. Semoga Allah melapangkan kuburnya, mengampuni segala kesalahannya, dan menempatkannya di tempat terbaik disisiNya,, mohon di beri pintu maaf untuk Romo kami."
Poerono Sambowo yang akrab dipanggil Cak Pung, adalah pelukis senior. Dia lahir di Balikpapan, Kaltim, 27 Februari 1941, sudah melukis sejak SD.
Cak Pung yang hari ini meninggal di RSAL Dokter Ramelan Surabaya, meninggalkan 4 anak dan lima cucu. Wiwid, salah satu putrinya menjelaskan ayahnya masuk rumah sakit hari Selasa pekan lalu.
"Tadinya masuk ke IGD covid, tapi setelah dites ternyata negatif, maka dimasukkan ke IGD umum. Jadi kami pihak keluarga ya menganggap romo sakit biasa, karena memang punya sakit ginjal. Tapi mengapa romo kemudian diisolasi dan dinyatakan covid, itulah yang kami herankan. Sebelumnya romo memang juga punya sakit pernafasan, tapi itu sudah lama," kata Wiwid.
Tahun 60an kuliah di Fakultas Ekonomi Unair, tetapi karena merasa tidak cocok kemudian ke luar dan masuk AKSERA (Akademi Seni Rupa Surabaya). Di akademi inilah dia memdapat bimbingan dari para pelukis Surabaya saat itu, antara lain Daryono, Krishna Mustadjab, Gatot Kusumo dan Amang Rahman, yang semuanya sudah almarhum.
Sebagai pelukis, Cak Pung memang termasuk yang kurang produktif, terutama melukis dengan cat minyak. Padahal lukisannnya dikatagorikan istimewa, lebih banyak berangkat dari perenungan dibanding mengeksplor kemampuan teknisnya. Warna-warna yang redup membuat penikmat perlu mengernyitkan dahi untuk menikmati.
Tapi tiba-tiba, tahun 2014, dia aktif lagi melukis lagi. Tapi kini dengan media yang berbeda. Dia membuat sket, yang bisa dilakukan di manapun dia berada. Dengan sepeda pancalnya, dia mengayuh ke mana saja di dalam Kota Surabaya.
Dia membuat sket-sket kehidupan masyarakat Surabaya. Pasar burung, adu merpati, penjual sangkar burung, orang main catur, warung kopi, dan obyek-obyek lainnya yang digali dari kegiatan masyarakat kelas bawah di sudut-sudut kota. Kalaupun dia tidak sempat menggambar, dengan hapenya dia potret obyek tersebut, kemudian dia alihkan gambar itu ke lembar kertasnya. Cak Pung seperti kembali menemukan semangatnya setelah cukup lama mengalami kevakuman dalam melukis.
Persis empat tahun lalu, tepatnya tanggal 22 sd 27 November 2016, dia menggelar pameran tunggal yang menampilkan 30 karya sketnya, di Galeri DKS. Pameran tunggalnya itu digelar untuk menandai 75 tahun usianya. Pameran tunggal Cak Pung ini menjadi tonggak kebangkitannya.
Tapi usia tak bisa dipertahankan. Siang hari ini dia meninggalkan semuanya, dan sorenya Poerono Sambowo dimakamkan di TPU Keputih, Surabaya. Dia menikmati sunyi dan sendiri, seperti yang sering dia cari semasa hidupnya. Tapi kali ini sunyinya itu akan abadi.(nis)