Peluang Meningkatkan Sedekah, di Luar Zakat Fitrah
Pada saat Rasulullah ﷺ memulai dakwah di Mekkah, terdapat sekitar 128 perilaku jahiliyah yang harus digeser dengan nilai-nilai Islam.
Tapi ada 60 lebih perilaku positif di masyarakat kala itu yang terus dipertahankan oleh Rasulullah ﷺ bahkan didorong lebih maju lagi, di antaranya adalah bersedekah.
Rasululullah ﷺ terkenal sebagai sosok dermawan yang tidak pernah takut fakir kalau memberi. Sampai ada pengakuan sebagian sahabat bahwa dulu kami masuk Islam karena ingin dapat pemberian dari Nabi ﷺ di waktu pagi, sore harinya seluruh diri dan kekayaan kami berikan untuk Islam. Luar biasa. Al Qur'an memotivasi manusia agar bersedekah,
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah, 2: 261).
Sedekah Sunnah
Sedekah itu bisa wajib seperti zakat, bisa juga sedekah sunnah. Allah berfirman:
اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغَارِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. At-Taubah, 9: 60).
Rasulullah ﷺ bersabda:
... ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ اْلخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ اْلخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ اْلمَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ
“ … Kemudian beliau bersabda, Maukah aku tunjukkan kepadamu tentang pintu-pintu kebajikan? Puasa adalah perisai, sedekah menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat yang dilakukan seseorang di tengah malam.’ …” (HR. At-Turmudzi. Shahih).
Bahkan para malaikat mendoakan baik bagi yang berinfak dan mendoakan buruk bagi yang pelit bersedekah:
ما مِن يَومٍ يُصْبِحُ العِبادُ فِيهِ، إلَّا مَلَكانِ يَنْزِلانِ، فيَقولُ أحَدُهُما: اللَّهُمَّ أعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، ويقولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Tidaklah tiba pagi hari bagi para hamba kecuali ada dua malaikat yang turun. Salah satu di antara mereka berdua berkata: Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang berinfak. Yang lain berkata: Ya Allah berikanlah kehancuran bagi orang yang pelit.” (Muttafaq ‘Alaih).
Apalagi bila masuk Ramadhan, Rasulullah ﷺ itu kedermawanannya mengalir seperti angin berhembus. Anas bin Malik berkata: "Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling baik, paling berani dan paling dermawan. Apalagi di bulan Ramadhan lebih lagi. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat At-Turmudzi manusia yang terkait dengan dunia itu ada empat:
إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ: عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِيْ فِيْهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيْهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيْهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ. وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ، يَقُوْلُ: لَوْ أَنَّ لِيْ مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ، فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ. وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِيْ مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ، لَا يَتَّقِيْ فِيْهِ رَبَّهُ وَلَا يَصِلُ فِيْهِ رَحِمَهُ، وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيْهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ. وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُوْلُ: لَوْ أَنَّ لِيْ مَالًا لَعَمِلْتُ فِيْهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ، فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
“Dunia ini hanya milik empat golongan manusia:(Pertama), hamba yang Allah berikan rezeki kepadanya berupa harta dan ilmu, dengannya ia bertakwa kepada Rabb-nya, menyambung silaturahmi dan mengetahui hak Allah yang ada padanya. Ini kedudukan yang paling utama. (Kedua) hamba yang Allah berikan rezeki berupa ilmu dan tidak diberikan harta, namun ia tulus niatnya. Ia berkata: Sekiranya aku punya harta, niscaya aku akan melakukan seperti yang dilakukan fulan (pertama), maka ia mendapatkan apa yang diniatkan, pahala kedua orang tersebut sama. (Ketiga) hamba yang Allah berikan rezeki berupa harta dan tidak diberikan ilmu, ia membelanjakan harta tanpa ilmu, ia tidak bertakwa kepada Rabb-nya pada harta itu, tidak menyambung silaturahmi dan tidak mengetahui hak Allah padanya. Ini kedudukan yang paling buruk. (Keempat) hamba yang Allah tidak berikan rezeki berupa harta atau ilmu, ia berkata: Sekiranya aku memiliki harta, niscaya aku akan mengerjakan apa yang dilakukan fulan (Ketiga), maka ia mendapatkan apa yang diniatkan, dosa kedua orang tersebut sama.” (HR. At-Turmudzi. Shahih).
Kelebihan sedekah selain keutamaan Ramadan adalah dapat menghindarkan kita dari mara bahaya dan murka Tuhan.
صنائعُ المعروفِ تقي مصارعَ السُّوءِ، والصَّدَقةُ خفيًّا تُطفِئُ غضَبَ الرَّبِّ، وصِلةُ الرَّحمِ زيادةٌ في العُمُرِ
“Perbuatan-perbuatan baik dapat menghindarkan penyebab-penyebab kesialan, sedekah secara sembunyi-sembunyi dapat meredam kemurkaan Tuhan dam silaturahim dapat menambah umur.” (HR. Ath-Thabrani. Hasan).
Imam Syafi’ie berpendapat bahwa, "Kedermawanan dan kemurahan itu dapat menutup aib di dunia dan di akhirat selama aman dari bid'ah." (Al-Adab Asy-Syar'iyyah, 3/313).
Sedangkan Ibnul Qayyim berpendapat bahwa, "Orang yang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan keluarganya, dekat dengan surga, jauh dari neraka." (Al-Wabilush Shayyib, hal. 76).
Menurut sebagian ulama salaf itu bahwa, "Shalatmu mengantarkanmu kepada setengah jalan menuju surga, puasa Ramadhanmu akan mengantarkanmu sampai ke depan pintu surga, dan sedekahmu akan memasukkanmu ke dalam surga." (Bughyatul Insan fi Wazha'if Ramadhan, Ibnu Rajab, hal. 29)
Demikian pesan Ust Farid Achmad Okbah, M.A. Semoga kita menjadi orang yang dermawan suka berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Wallahu a'lam.