Peluang Kerja Bareng dengan Aisyiyah, Ini Langkah KBRI Kamboja
Guna membangun peran Indonesia di Kamboja, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PPA) mendapatkan undangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh, Kamboja untuk membuka kemungkinan kerjasama.
“Tujuan pertemuan ini adalah menjajaki kerjasama antara KBRI Phnom Penh dan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam rangka pengembangan potensi, pemberdayaan, dan bantuan pengembangan diri masyarakat perempuan Muslim di Kamboja,” ucap Lauti Nia Astri,Counsellor Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Phnom Penh dalam diskusi yang berlangsung secara virtual, belum lama ini.
Dalam diskusi yang diikuti segenap jajaran pengurus PPA ini Duta Besar RI untuk Kamboja, Sudirman Haseng menyampaikan kegembiraanya atas dapat berlangsungnya diskusi ini yang memang sudah lama dinantikan oleh KBRI.
Dalam sambutannya, Sudirman memaparkan kondisi perkembangan Islam dan penduduk Muslim di Kamboja. Ia melihat bahwa masyarakat Muslim mempunyai tempat tersendiri secara politik pemerintahan.
“Secara politik dan pemerintahan, muslim di Kamboja mendapat tempat yang untuk ukuran beberapa negara di sekitarnya memiliki tempat istimewa karena di pemerintahan sekarang ini ada 11 setingkat Dirjen dan ada Menteri urusan Agama Islam.
Tingkat Direktur ada 22 di berbagai kementrian, di parlemen ada 6 lelaki serta 2 perempuan.
“Akan tetapi menurutnya dari segi pendidikan, SDM, ekonomi, masyarakat Muslim di Kamboja masih memerlukan peningkatan. “Kebetulan kemarin ada salah satu kelompok wal muslimah mendatangi kita dan betul yang mereka butuhkan adalah bantuan yang bisa meningkatkan kapasitas pengembangan SDM, kualitas pendidikan dan manajemen pendidikannya, kesehatan dan yang berhubungan dengan sosial lingkungan,” papar Sudirman.
Sudirman memaparkan, sudah banyak kelompok masyarakat negara lain seperti Malaysia, Singapura, Timur Tengah yang memberikan bantuan. Akan tetapi menurutnya masih minim kontribusi Indonesia terkait ini.
Indonesia, menurut Sudirman, sangat dihargai oleh masyarakat dan juga pemerintahan Kamboja karena memiliki kontribusi besar dalam penyelesaian konflik yang pernah terjadi di Kamboja. Lebih lanjut masyarakat Kamboja juga menaruh harapan adanya kontribusi Indonesia dalam pengembangan masyarakat khususnya warga Muslim Kamboja.
Dari segi ini Indonesia memang masih belum dikenal dalam memberikan bantuan yang diberikan setara dengan potensi kemampuan di Indonesia. Padahal mereka sudah mengenal Indonesia menganut Islam terbesar, Indonesia memiliki organisasi besar yang membantu beberapa negara lain, Indonesia memiliki kelompok-kelompok muslim perempuan, mereka memang menanti dan mengharapkan suatu pengembangan kerjasama dengan kita.
Oleh karena itu Sudirman berharap diskusi ini dapat menjadi pembuka jalan bagi kemungkinan kontribusi ‘Aisyiyah bagi masyarakat Kamboja. “Melihat dan mempertimbangkan gerakan’Aisyiyah di bidang pendidikan, pengembangan SDM, kesehatan, sosial, dan sebagainya, kami sangat gembira bahwa rencana yang ada untuk menghubungkan dan menjalin kerjasama dapat mempunyai potensi untuk kita kembangkan,” katanya.
Sudirman juga sudah mengetahui perkembangan ‘Aisyiyah di negara-negara lain seperti Malaysia, Mesir, Belanda dan ia berharap Kamboja dapat menjadi tujuan potensial untuk dikerjasamakan dan nantinya juga dapat membuka kemungkinan pengembangan ke wilayah Indocina lainnya seperti Laos, Vietnam, dan Myanmar.