Pelecehan Seksual Oknum Dokter National Hospital, IDI Belum Tentukan Sikap
Maraknya kasus yang terjadi di Rumah Sakit belakangan, diawali dengan pelecehan seksual okum perawat di National Hospital, kini muncul lagi kasus serupa di lokasi yang sama, bahkan pelakunya diketahui adalah seorang dokter berinisial R.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim, mengaku belum menentukan sikapnya menyikapi kasus itu. Sebagai organiasi profesi kedokteran.
"Kami sampai dengan saat ini belum menerima laporan resmi, dan belum juga mendapat permintaan pihak pihak yang berwajib untuk mengklarifikasi," kata Ketua IDI Jatim, Dr Poernomo Budi Setiawan, Senin 29 Januari 2018.
Bila diminta, pihak IDI akan siap membantu secara proaktif memberikan rekomendasi pada kepolisian.
Poernomo mengatakan dugaan pelecehan yang dilakukan dokter R terhadap korban yang merupakan calon perawat di National Hospital kini hanya mengacu pada pemberitaan yang beradar.
"Pemeriksaan kesehatan memang banyak metode tergantung kebutuhan untuk apa, apalagi untuk seleksi pekerjaan, bisa berbeda dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain, antar rumah sakit bisa juga berbeda," kata dia.
Namun, ia tak mengetahui pasti kasus yang menjadi perhatian publik belakangan itu adalah untuk kepentingan tes apa, karena hal itu juga sudah terjadi cukup lama.
Ia menghimbau bila memang ditemukan kasus-kasus serupa hendaknya yang bersangkutan segera melaporkan kepada IDI.
"Langsung saja lapor ke pimpinan instansi terkait. Atau melapor kepada kami." lanjutnya.
Sebelumnya, korban O yang adalah calon perawat di National Hospital mengalami tindak pelecehan pada 23 Agustus 2017 lalu.
Saat melamar. Korban mengaku diminta untuk menjalani serangkaian tes, salah satunya tes kesehatan.
Korban menuturkan, tes kesehatan saat itu hanya diikuti dua orang calon perawat, korban sendiri dan satu lagi calon perawat pria.
Semula ada tiga dokter laki-laki dan satu perawat perempuan menemani O di dalam ruangan. Tapi yang lainnya keluar, tersisa korban dan dokter pria berinisial R.
Oknum dokter R sempat meminta korban menanggalkan pakaiannya, dengan dalih untuk pemeriksaan menyeluruh calon perawat. Korban kemudian diminta terlentang dan saat itulah oknum dokter melakukan aksi cabulnya.
"Di situ dia mulai meraba-raba saya. Saya teriak, 'loh kenapa ini Dok!'. Dia bilang, 'kalau enggak mau nanti ada apa-apa saya dimarahin rumah sakit karena pemeriksaan enggak lengkap'," kata O, dalam sebuah wawancara 27 Januari 2018, lalu.
"Saya berontak, tapi saya hanya berdua dengan dokter itu dan pintunya ditutup," lanjutnya.
Korban mengakui tes kesehatan itu berada di ruang dokter spesialis, kedap udara dan tak ada CCTV. "Di situ saya pasrah, kalau saya menolak, ya seperti itu (diancam),"
Korban merasa tes kesehatan yang dilakukan dokter R itu janggal. Pasalnya, saat tes kesehatan rekannya sesama calon perawat yang kebetulan pria, dokter tersebut hanya memeriksa sekitar 10 menit.
Korban lantas melaporkan kasus itu ke Polda Jawa Timur pada 25 Agustus 2017. Namun hingga kini, polisi belum juga menetapkan tersangka dalam kasus tersebut. "Dokter yang dilaporkan sudah dimintai keterangan," ujar Kabid Humas Polda Jatim, Frans Barung Mangera saat dikonfirmasi. (frd)