Pelecehan Seks Pegawai KPI, Bukti Pria Jadi Korban Jarang Melapor
Pakar Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Universitas Airlangga, Margaretha, S.Psi., P.G.Dip.Psych., M.Sc membeberkan fakta bawah pria rentan menjadi korban pelecehan seksual. Selama ini, kasus yang menonjol adalah pelecehan terhadap perempuan dewasa dan anak-anak.
Namun, belakangan ini publik dikejutkan dengan fakta pelecehan seksual yang menimpa MS, pegawai KPI. Sejak 2015, dia berdiam diri meski mendapatkan perundungan dari rekan kerjanya di kantor.
Dalam tangkapan layar yang sempat viral di Twitter pada Rabu, 1 September 2019, MS curhat dilecehkan di kantor KPI Pusat. Dia sampai menderita post traumatic stress disorder akibat alat kelaminnya dicorat-coret pakai spidol oleh para pelaku pada 2015 silam.
“Jadi sebenarnya semua bisa menjadi korban kekerasan seksual," tandas Margaretha kepada Ngopibareng.id, Kamis, 9 September 2021.
Margaretha menambahkan, banyak kekerasan seksual yang menimpa laki-laki tidak ketahui karena, korban laki-laki lebih menutupi persoalan kekerasan seksual yang dialami. "Meski demikian, korban kekerasan seksual baik laki-laki ataupun perempuan sama-sama merasa malu akibat kekerasan seksual itu, takut distigma dan didiskriminasi karena pelecehan itu. Namun, korban laki-laki lebih parah lagi terutama di masyarakat patriarkis, seperti di Indonesia," kata Margaretha.
Menurut Margaretha, hal ini dikarenakan cara pandang bahwa laki-laki harusnya kuat. Jadi seperti, laki-laki tidak mungkin mengalami kekerasan seksual.
"Terkadang laki-laki juga lebih sulit lagi memahami kenapa bisa menjadi korban karena seharusnya mereka bisa mempertahankan diri. Ditambah lagi masyarakat juga memiliki stigma dan label untuk melihat laki-laki yang menjadi korban kekerasan seksual. Mereka kadang-kadang bukannya bantu malah memperburuk dengan ‘Ini laki jadi korban kekerasan seksual nggak jantan, berarti ini bukan laki," imbuhnya.
Oleh karena itu, para korban (laki-laki) kekerasan seksual lebih banyak menutupi persoalannya, kecuali sudah terlalu parah sehingga ia tidak mampu mengelolanya dan baru dia mengakuinya.
“Jadi kalau laporan kasus kekerasan seksual pada perempuan cuma seujung gunung es, maka laporan kasus kekerasan seksual pada laki-laki malah lebih kecil lagi karena sangat difilter oleh si korbannya,” tambah Margaretha.
Perihal itu, Margaretha memberikan penjelasan mengapa para korban kekerasan seksual (laki-laki) sangat hati-hati dalam menyampaikan informasinya. Sebab, laki-laki mampu memposisikan dirinya kapan melapor atau kapan dia meminta bantuan.
Selain kasus pelecehan seks pegawai KPI, peristiwa serupa yang menimpa korban pedangdut Saipul Jamil. Meski pelaku sudah menjalani hukuman, mantan suami pedangdut Dewi Perssik itu masih harus merasakan sanksi sosial dengan diboikot tampil di TV. Hal ini sebagai upaya melindungi korban dan mencegah terjadinya kejadian serupa.
Advertisement