Pelaut, Rela Tak Lebaran di Rumah Demi Bantu Pemudik Pulang
Seorang pria berpostur tinggi terlihat sedang berbicara melalui alat komunikasi di dalam anjungan kapal KMP Wicitra Dharma 3. Di dekatnya, ada beberapa orang yang juga terlihat sibuk di ruangan yang tidak terlalu besar itu.
Di tengah cuaca cerah yang cenderung terik, KMP Wicitra Dharma 3 memecah ombak di tengah selat Bali. Kapal ini merupakan satu dari puluhan kapal penyeberangan yang berada di lintasan Ketapang-Gilimanuk.
Affan Sidaksono, nama pria tersebut. Dia merupakan Mualim III KMP Wicitra Dharma 3. Sebagai Mualim III, pria yang tinggal di Kabupaten Nganjuk ini bertanggungjawab atas alat keselamatan di kapal. Pria berusia 33 tahun ini juga bertanggungjawab menjadi perwira jaga saat kapal mulai berlayar.
“Setelah bertolak dari dermaga, kami ke anjungan untuk berdinas jaga navigasi dengan Mualim yang lain dan didampingi dengan nahkoda,” ungkap ayah satu anak ini.
Ngopibareng.id sempat berbincang dengan Affan, panggilannya. Saat itu, kapal yang diawaki Affan sedang muat di dermaga movable brigde atau biasa disebut dermaga MB 1 Pelabuhan Gilimanuk, Bali.
Profesi pelaut sudah dijalani suami dari Arista Mutiara, 31 tahun, ini cukup lama. Di perusahaan tempatnya bekerja, PT. Dharma Lautan Utama, dirinya sudah mengabdi selama kurang lebih sembilan tahun. PT. Dharma Lautan Utama merupakan perusahaan yang menaungi KMP Wicitra Dharma 3.
“Tugasnya pindah-pindah, kebetulan tahun ini dapat tugas di lintasan Ketapang-Gilimanuk,” bebernya.
Sama dengan kebanyakan pelaut-pelaut lainnya. Sebagai pelaut, pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah, ini juga tidak bisa setiap hari pulang ke rumahnya. Apalagi kediamannya jauh di Kabupaten Nganjuk sana. Tetapi setiap bulan sekali dia memastikan diri pulang ke peraduannya.
Dalam sebulan, Affan mendapatkan libur selama 5 hari. Waktu libur ini dia manfaatkan untuk pulang ke Nganjuk. Melepas kerinduan pada anaknya yang baru berusia 5 tahun dan juga istrinya. Penyemangat hidupnya.
Dia pun sering merayakan hari raya Idul Fitri di atas kapal tempatnya bekerja. Pria ini sangat menyadari betul ini adalah salah satu konsekuensinya memilih profesi sebagai pelaut. Jika tugas memanggil, dengan penuh tanggungjawab dia melaksanakannya, walaupun bersamaan dengan hari raya.
“Saya di perusahaan ini kurang lebih sembilan tahun, sudah lebih enam tahun tidak merayakan Idul Fitri di rumah, tiga kali di rumah,” ungkapnya.
Dia menuturkan, sebagai manusia, dari lubuk hati yang dalam pasti punya keinginan untuk berlebaran di rumah. Suatu saat, Affan meneruskan ceritanya, tanpa terasa air mata menetes dari kelopak matanya. Ini terjadi ketika dirinya sedang bertugas mendengar lantunan takbir hari raya Lebaran. Hatinya terenyuh. Ini terjadi pada lebaran dua tahun lalu.
“Hari raya ingat keluarga, rasanya ingin bisa kumpul keluarga ketemu orang tua,” ulasnya.
Namun perasaan sedih itu segera dibuangnya jauh-jauh. Karena sudah menjadi pilihannya untuk menjadi seorang pelaut. Dia harus menjalankan amanah itu dengan sebaik baiknya dan penuh tanggung jawab.
“Kami sebagai pelaut punya tugas dan tanggungjawab. Perasaan dari hati kecil pasti sedih. Tapi kami tetap semangat,” sambungnya.
Protes dari keluarga juga pernah dia terima karena tidak bisa berlebaran bersama pada hari-H. Dia bersyukur bisa memberikan pemahaman kepada anak istri dan keluarganya tentang tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelaut. Keluarganya pun bisa memahami konsekuensi pekerjaannya sebagai seorang awak kapal.
Tahun ini, Affan dipastikan akan berlebaran sambil menjalankan tugasnya di Selat Bali. Dia baru bisa mudik pada H+5 lebaran nanti. Dia mengaku tetap bersemangat untuk menjalankan pekerjaannya. Apalagi, tugasnya membantu ribuan orang yang mudik untuk bertemu dan merayakan idul fitri bersama keluarganya di rumah.
Dia pun berpesan kepada masyarakat yang mudik untuk berhati-hati di jalan. Tetap waspada dan tidak perlu tergesa-gesa agar perjalanan mudik berjalan aman dan lancar. Sehingga selamat sampai di rumah.
“Kami bahagia bisa melayani para pemudik dari Bali ke Banyuwangi, yang pulang ke Jawa,” jelasnya.
Advertisement