Pelatihan Dakwah Digital untuk Remaja Surabaya
Pengurus Daerah (PD) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Surabaya menggelar pelatihan dakwah digital, Senin sore. Pelatihan yang diadakan secara gratis ini diperuntukkan para remaja masjid (remas) se-Kota Pahlawan.
Pelatihan digelar di ruang multimedia kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi - Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS), dengan menghadirkan Wakil Ketua III Stikosa-AWS Athok Murtadlo sebagai narasumber. Ia memberikan materi tentang pembuatan konten digital di media sosial yang bisa digunakan sebagai media dakwah.
"Dakwah itu kan tidak harus mengaji atau mengajarkan Alquran. Kita membuat konten tentang bagaimana merawat tempat wudlu agar tetap bersih, itu juga dakwah," ungkap Ketua DMI Surabaya Arif Afandi.
Ia menjelaskan di era transformasi digital banyak platform yang sudaj dibuat oleh banyak orang. Arif Afamdi mengibaratkan platform digital itu ibarat keranjang dan siapa saja bisa mengisi keranjang tersebut.
"Kalau keranjangnya disii buah busuk, maka satu keranjang akan ikut berbau busuk. Sebaliknya, kalau diisi buah yang bagus dan wangi, maka satu keranjang juga akan wangi," jelasnya.
Menurut Arif Afandi, semua orang bisa menjadi content creator. Sebab dengan era digitalisasi, menjadikan akses semua orang untuk mempublikasikan sesuatu dan menciptakan konten, menjadi luar biasa.
"Kalau dulu yang bisa membuat mungkin hanya wartawan, atau cenemator. Sekarang semua bisa jadi artis, bisa jadi wartawan dengan konten berbagai platformnya," katanya.
Berangkat dari itu, DMI Surabaya menginisiasi ada pelatihan dakwah digital. "Maka mari jadikan platform itu sebagai dakwah," ujarnya.
"DMI ingin mengajak remas. Mari niat ingsun berdakwah. Sehingga masjid tidak hanya tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga sebagai tempat peradaban," tambahnya.
Sementara itu, Ketua Stikosa-AWS Meithiana Indrasari mengatakan sangat gembira bisa berkolaborasi dengan DMI Surabaya menyelenggarakan pelatihan dakwah digital ini. Ia mengungkapkan bahwa remas adalah para calon pemimpin Indonesia di masa datang.
"Tentu remas bakal menjadi agent of change nya Indonesia. Remas harus ikut mengawal Indonesia akan dibawa ke mana," kata Meithiana, sapaan akrab Meithiana Indrasari.
Meithiana mengaku kaget ternyata respon remas mengikuti pelatihan dakwah digital sangat antusias. Terbukti, beberapa hari setelah informasi pelatihan disebar, remas banyak yang mendaftarkan diri.
Dengan alasan pandemi Covid-19 belum berakhir, jumlah peserta kemudian dibatasi. "Tapi jangan khawatir, kita siap menggelar pelatihan-pelatihan lagi untuk gelombang atau periode berikutnya," paparnya.
Melalui pelatihan ini, Meithiana berharap para remas memiliki pengetahuan tentang cara membuat konten digital, terutama untuk keperluan dakwah. Ia juga menginginkan para remas ikut memerangi hoax yang banyak ada di mwdia sosial yang dibalut dengan konsep dakwah.
Sementara itu, sebelum pelatihan digital dilakukan, juga dilakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara DMI Surabaya dengan Stikosa-AWS. MoU ini pada prinsipnya adalah kesiapan kedua belah pihak untul saling berkolaborasi dalam pembinaan remas demi pemberdayaan umat. (is)
Advertisement