Pelatih Puslatda Jatim Sayangkan Wacana Pemangkasan Anggaran KONI
Wacana pemangkasan anggaran hibah untuk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur dalam rangka persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 di Papua dinilai akan mengancam nama baik Jatim yang dikenal sebagai barometer prestasi olahraga nasional.
Berdasar data atlet-atlet Jatim menjadi pahlawan olahraga nasional karena menyumbang medali terbanyak di berbagai ajang internasional. Di Asian Games 2018 lalu, Jatim penyumbang medali terbanyak dengan 12 emas, 12 perak, dan 12 perunggu, lalu di Sea Games 2019 di Filipina menyumbang 26 emas, 19 perak, dan 18 perunggu.
Wacana pemangkasan anggaran tersebut dinilai akan merugikan Jatim di PON, mengingat ada peluang besar untuk menjadi juara umum.
Salah satunya dari cabang olahraga Angkat Besi yang diharapkan menyumbang medali cukup banyak. Kepala Pelatih Angkat Besi, Jeffry Tagore menilai, pemangkasan tersebut akan berdampak pada persiapan.
“Kami mendengar berita anggaran dipangkas sampai 50 persen. Tentu kita menyayangkan kalau itu terjadi seperti kita tahu puslatda sudah jalan tiga tahun, dan ini adalah waktu krusial karena waktu kita tinggal sedikit sampai tahun depan,” ungkap Jeffry kepada Ngopibareng.id, Sabtu 21 November 2020.
Menurutnya, dalam masa persiapan terakhir ini dibutuhkan persiapan yang lebih dibandingkan sebelumnya. Seperti melakukan training camp luar negeri apabila kondisi normal tidak ada pandemi Covid-19, lalu uji tanding biasa maupun mengikuti kejuaraaan.
Program itu, kata Jeffry, sangat penting untuk meningkatkan kemampuan dan membangun mental para atlet. Utamanya atlet muda.
“Ada dua anak target medali emas hasil dari Poprov Jatim masih muda dan butuh jam terbang dengan melawan yang levelnya di atas PON, kalau selevel mental gak bertambah. Kalau lawan orang luar negeri yang lebih tinggi maka ketika melawan atlet dalam negeri sendiri akan lebih mudah,” jelasnya.
Tak hanya masalah program pelatihan, anggaran yang dipotong akan pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan atlet dari gizinya, pemantauan kondisi fisik dan sebagainya. Tanpa itu semua kondisi atlet akan turun dan tidak bisa menghasilkan prestasi.
Jeffry memang tak menampik kondisi di tengah pandemi Covid-19 ini juga butuh perhatian pemerintah, namun tak bisa kemudian mengorbankan olahraga yang juga demi nama baik daerah dan nama bangsa. Mengingat, prestasi olahraga yang membuat Indonesia Raya berkumandang di kancah internasional.
“Harapan kita jangan sampai terjadi terpotong 50 persen, kalau penyesuaian bolehlah. Selama ini Jatim menggunakan anggaran sesuai dengan agenda kegiatan yang real dan benah, sehingga prestasinya jelas,” ujar pria yang juga Pengprov Angkat Besi Jatim itu.
Hal senada juga disampaikan oleh Pelatih Selam Jawa Timurm Nurul Ansori. Menurutnya, untuk mencetak prestasi harus melalui program yang terukur, di mana program itu dapat berjalan dengan adanya dukungan anggaran yang memadai.
Apalagi, Jatim memiliki target tinggi untuk dapat menjadi juara umum di PON Papua nanti. Dan itu harus dipertanggung jawabkan dengan prestasi.
“Kalau gagal fungsinya apa ikut PON itu. Kalau gak ada target gak masalah, tapi kalau bicara target harus dianalisa, dipertanggung jawabkan melalui pelaksanaan program latihan yang didukung sport science,” ujar Ansori.
Pria yang berhasil mengantar Selam Jatim menjadi juara umum dengan 11 emas di PON 2016 lalu itu menyampaikan, untuk meningkatkan kemampuan para atlet tidaklah mudah. Harus melalui proses panjang dan terukur. Apalagi, Selam yang merupakan cabang olahraga terukur dengan waktu.
Menurutnya, tidak mudah untuk bisa meningkatkan catatan waktu para atlet dalam waktu singkat. “Untuk menaikkan 2 detik saja ngejarnya butuh dua tahun. Masa yang lain ngejar kita bertahan aja, kalau gak ada training camp, lalu try out ya mati,” ungkapnya.
Ansori mengaku paham dengan kondisi pandemi saat ini banyak masyarakat yang terdampak, namun menurutnya olahraga tidak bisa dikorbankan dan harus menjadi salah satu yang patut dibanggakan di tengah kondisi ini.
“PON bukan kepentingan KONI, tapi kepentingan provinsi. Jadi mau gak mau harus bersama-sama, saling bergandengan, saling perhatian terhadap peningkatan prestasi. Terutama kondisi sekarang peluang Jatim sangat besar karena situasi pandemic semua daerah mengalami kendala, siapa yang bisa bereaksi cepat dia yang bisa menang dan kesiapan itu dengan anggaran,” pungkasya.