Pelatih Persebaya Nilai Pembinaan Pelatih di Indonesia Minim
Pelatih Persebaya Wolfgang Pikal menilai PSSI selama ini kurang memperhatikan proses pembinaan terhadap para pelatih di Indonesia.
"Coach education untuk para pelatih di Indonesia kurang bagus. Harusnya bisa lebih lebih bagus dibanding negara tetangga," kata Pikal, Selasa 8 Oktober 2019.
Kurangnya pembinaan ini berdampak pada program-program latihan yang diberikan pelatih kepada para pemain masih minim.
"Kreativitas pelatih dalam memberikan latihan-latihan kepada pemain yang masih minim. Paling itu-itu saja," kata pelatih yang menyandang linsensi kepelatihan AFC Pro.
Minimnya pembinaan ini terlihat dari pelatih-pelatih Indonesia yang menyandang lisensi kepelatihan AFC Pro masih sedikit.
"Pelatih Indonesia harus lebih pintar. Tapi ini tidak terjadi di Indonesia. Ini karena saya lihat para pelatih itu kurang pembinaannya," kata pelatih asal Austria ini.
Untuk bisa menjadi pelatih kepala di Liga 1 sendiri harus memiliki lisensi minimal A pro atau AFC pro yang lebih tinggi. Sementara, untuk asisten minimal harus mengantongi lisensi B AFC.
Sedangkan untuk Liga 2, pelatih minimal mendapatkan lisensi B AFC, dan Liga 3 hanya lisensi C atau C AFC (tingkat asia).
Karena itu, kata Pikal, calon pemimpin PSSI ke depan memiliki banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dibenahi. Selain pembinaan terhadap pemain sepak bola, juga pembinaan pelatih.
"Untuk pembinaan pemain, terutama pemain usia ini visi misi PSSI masih belum jelas, mau dibawa kemana sepak bola Indonesia ini.
Calon ketua umum PSSI harus memiliki visi dan misi yang mampu mengatasi permasalahan di sepak bola Indonesia.
"Setidaknya punya gebrakan program-program yang mampu memberikan solusi sepak bola di Indonesia," katanya.
Advertisement