Pelaku Penyerang Gereja Pernah Ngaji di Pondok NU tapi Keluar karena Tak Sepaham
Terduga pelaku penyerangan Gereja St. Lidwina Bedog, Yogyakarta, Suliono memang masih tergolek kritis di rumah sakit. Polisi pun hingga kini belum bisa mengorek keterangan dan motif dari pelaku karena kondisinya yang masih belum memungkinkan.
Namun berdasarkan keterangan dari tetangga dekat Suliono di kampung halamannya di Banyuwangi Jawa Timur, dia patut diduga memang menganut paham keagamaan yang sempit. Cerita itu didapat Mubarok, tetangga dekat keluarga Suliono yang juga mantan Kepala Desa Kandangan, Banyuwangi. Mubarok mengatakan kenal baik dengan keluarga Suliono, bahkan sejak Suliono masih anak-anak.
"Dia rajin beribadah sejak kecil dan sering saya minta untuk mengaji saat ada acara pengajian karena suaranya saat baca Al Quran bagus sekali. Anaknya juga sangat cerdas," ujar Mubarok.
Saat lulus SMP, menurut Mubarok, Suliono pernah mondok selama enam bulan di Pondok Pesantren Ibnu Sina Genteng Banyuwangi milik KH Maskur Ali, Ketua PCNU Banyuwangi. Namun, Suliono keluar karena mengaku tidak sepaham dengan ilmu yang diajarkan di pondok pesantren tersebut.
"Saat itu dia keluar dan pindah ke Witabonda Morowali, tinggal dengan kakaknya. Namun, karena alasan tidak sepaham dengan kakaknya, dia pindah lagi ke Palu. Saya tahu karena kakaknya selalu berkomunikasi dengan saya dan Suliono juga pernah langsung bilang ke saya kalau enggak sepaham pemikirannya dengan apa yang saya yakini," jelas lelaki yang tinggal sekitar 200 meter dari rumah keluarga Suliono itu. (amr)