Pelaku Pelecehan Seksual di Kediri Mayoritas Orang Dekat
Kasus kekerasan seksual yang terjadi di Kota Kediri akhiri-akhir ini membuat sejumlah kalangan merasa khawatir.
Dalam rentang kurun waktu hingga pertengahan tahun ini saja terjadi 6 kasus kekerasan seksual. Ironisnya, pelaku mayoritas orang dekat korban.
"Pelaku ini mengetahui keseharian korban dan saya rasa juga berujung pada pola asuh yang tidak baik. Di samping itu juga minimnya pendidikan seksual sejak dini," ungkap Psikolog IAIN Kediri, Tatik Imadatus Sa’adati, Senin, 28 Agustus 2023.
Tatik juga menyinggung perihal gaya berbusana korban yang kurang pas. "Nyuwun sewu semisal anak kecil hanya pakai kaos dalam dan celana pendek kemudian bermain di jalan, sepertinya itu lucu tapi kita nggak tahu kondisi otak pelaku sedang apa," tambah perempuan yang juga dosen IAIN Kediri tersebut.
Kemudian faktor penyebab lainnya soal harmonisasi keluarganya. Lalu input religi atau spiritual tidak konsisten, tidak dapat diolah dengan baik sehingga pelaku lupa jika menyakiti anak kecil berdosa dan sebagainya.
"Saya rasa spiritualitas juga menjadi hal yang sangat penting untuk dijaga dan didik sejak awal dan pendidikan seksual dini juga sangat penting," katanya.
Tatik Imadatus menambahkan, untuk menghilangkan rasa trauma yang diderita oleh korban kekerasan seksual membutuhkan waktu lama, tergantung kondisi korban.
"Kalau misalkan dua minggu pertama ini korban menolak, marah-marah dan sebagainya, ini situasi yang wajar. Tapi setelah dua minggu ada keinginan menyakiti diri sendiri atau menyakiti orang lain, maka harus dibawa ke ahli psikiater, psikolog klinis, dokter umum atau ke UGD," tuturnya.
Selama pengalaman mendampingi korban kekerasan seksual, Tutik mengaku pernah melakukan penanganan hingga berbulan-bulan bahkan tahunan.
"Yang terpenting ada yang terus mendampingi. Kuncinya satu, orang tua dan anak harus dekat. Ketika anak dan orang tua tidak dekat, maka dia akan cari kesenangan di luar, sehingga ini mungkin bisa terjadi pelecehan. Untuk waktu trauma healing itu tergantung kasusnya. Ada yang bisa cepat selesai, ada yang terus harus dipantau," pungkasnya.
Ia menyebut, dampak psikologis yang diterima oleh korban pelecahan seksual ada dua yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Dampak paling ekstrem yang dirasa mendesak yaitu korban bisa menyakiti diri sendiri dengan cara bunuh diri.
"Jadi kalau kita mendengar kata-kata korban yang tidak nyaman, misalkan aku pingin mati, maka 2 x 24 jam ini harus ditemani. Karena sebetulnya 2 x 24 jam itu si otak sudah punya pemikiran untuk mengarah ke bunuh diri. Dia akan mungkin mencari cara atau mungkin cari kesempatan untuk nekat, sehingga harus dipantau terus," paparnya.
Kecenderungan korban kekerasan seksual yang mencoba menyakiti diri sendiri bisa dilakukan oleh semua kategori usia. Depresi tidak hanya dialami oleh orang dewasa tetapi juga anak-anak.
"Tidak hanya terkait masalah pelecehan seksual saja, misal pola asuhan yang buruk, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) itu pun bisa membuat taruma juga atau depresi. Sehingga sangat mungkin kalau orang tidak ada teman dan isi kepala adalah marah atau nggak nyaman, maka hal yang cepat dilakukan biasanya mengurangi rasa sakit. Bentuknya menyakiti diri sendiri atau bahkan menghilangkan nyawa sendiri," tuturnya.
Advertisement