Pelaksanaan Agama itu Memudahkan, Bukan Mempersulit
“Dalam pelaksanaan ajaran agama, terkadang saya merasa kebingungan dengan ustadz-ustadz di televise, yang banyak memberikan dalil-dalil. Ini bagi saya yang awam, yang masih terus belajar terkadang justru mempersulit. Ustadz, bagaimana saya harus menghadapi masalah ini?”
Demikian keluhan Waras Hudaya, warga Kedungturi Sidoarjo pada ngopibareng.id.
Untuk menanggapi masalah ini, berikut penjelasan KH A Mustofa Bisri, Pengasuh Pesantren Roudlatut Thalibin, Leteh Rembang:
Nabi Muhammad SAW merupakan pribadi yang memiliki sifat mempermudah urusan orang lain, tidak mempersulitnya. Bahkan dalam sebuah Hadist, Rasulullah berpesan; yassiru wa la tu’assiru yakni permudahlah, jangan engkau persulit.
Nabi Muhammad adalah manusia yang pandai memanusiakan manusia. Tidak mempersulit orang lain, malah memudahkan.
Beragama itu bukan menjadikan sulit seseorang, tetapi justru menjadikan mudah. Jika sulit dan tidak dapat dipraktikkan oleh orang yang beragam tingkat pemahamannya, maka itu bukan dari Nabi Muhammad SAW.
“Beragama itu enteng dan mengikuti Nabi Muhammad SAW itu paling gampang dan menuju kebahagiaan surgawi,” kata Gus Mus.
Karena itu, Gus Mus mengajak jamaah untuk senantiasa bersyukur atas segala karunia yang diberikan Allah SWT. “Bersyukur itu tidak cukup dengan membaca hamdalah saja, tetapi juga dengan menggunakan pemberian Allah sesuai peruntukannya.
Kita mesti bersyukur, atas ke Maha Semau Gue-Nya Allah yang telah memilih kita menjadi umat moderat, bersyukur telah dilahirkan di Indonesia yang subur dan kaya sumber daya alam. (adi)