Pelajari KDRT dr Qory
Oleh: Djono W. Oesman
Trauma dr Qory, korban KDRT suami, berat. Dia ditendang suami berkali-kali sampai jatuh, lalu diinjak-injak. Pun, sampai Minggu (19/11) dia belum mau pulang, meski suami sudah ditahan polisi. Sebegitu trauma sampai didampingi psikolog.
—---------
Polisi mengizinkan Qory menginap di Polres Bogor, karena dia trauma di rumah, selain juga pada pelaku KDRT. Pelaku, suami Qory, Willy Sulistyo, sudah ditahan polisi. Qory masih tidak mau pulang.
Qory di-KDRT Willy pada Minggu (12/11) malam. Lalu diulangi lagi esoknya. Maka, Senin (13/11) pagi Qory pergi dari rumah tanpa membawa pakaian, HP, bahkan dompet dan uang. Dalam kondisi hamil enam bulan.
Ternyata dia minta perlindungan ke Kantor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Bogor. Dia menginap di sana. Merenung. Lalu Kamis (16/11) dia lapor ke Polres Bogor. Sejak itu sampai Minggu (19/11) dia menginap di Polres Bogor.
Kasat Reskrim Polres Bogor, AKP Teguh Kumala kepada wartawan, Minggu (19/11) mengatakan:
"Sampai sekarang, kan dokter Qory masih diamankan di kita, di ruang konseling unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Bogor." Padahal, Willy sudah ditangkap, jadi tersangka dan ditahan sejak Juma, 17 November 2023.
Dilanjut: "Itu pun atas permintaan yang bersangkutan dokter Qory, bahwa sampai saat ini dia belum mau pulang ke rumahnya, ataupun pulang ke rumah orangtuanya di Tasikmalaya.”
Maka, tiga anak laki Qory ikut tidur di Polres Bogor. Tiga anak itu, si sulung usia 11 dan adiknya kembar usia 9.
AKP Teguh: "Kita terus datangkan ahli psikologi dan kita minta dari TP2TPA melakukan pendampingan setiap hari, untuk evaluasi dari kondisi psikis dan mental yang bersangkutan.”
Dilaporkan, Qory kelihatan terhibur sejak tiga anak-anak itu dijemput polisi untuk disatukan dengan Qory, Sabtu, 18 November 2023. Penjemputan tiga anak itu atas permintaan Qory pada polisi. Kapolres Bogor mengizinkan Qory dan tiga anaknya tinggal di situ sampai psikis Qory normal. Demi kemanusiaan. Jadi, polisi tidak cuma memburu penjahat saja, tapi juga melindungi korban kejahatan.
Teguh: "Sampai kami rasa cukup, pulih kembali psikis yang bersangkutan, dan bisa dipulangkan, nah baru kami akan serahkan lagi ke dokter Qory untuk memilih dan menentukan, dia mau pulang ke mana.”
Ternyata, Qory tidak mau pulang, karena kini di rumah ada dua ortu Willy. Ya… setelah Willy-Qory menikah 2011 mereka tinggal di Cibinong, Bogor, bersama ortu Willy.
Sedangkan, ketika mereka pacaran dulu, ortu Qory tidak setuju. Lalu Willy-Qory putus. Dua tahun kemudian mereka ketemu lagi. Langsung menikah. Nikah lari ke Papua. Pastinya, ortu Qory sedih.
Kini, setelah problem seperti ini, Qory dan tiga anak tidak pulang ke rumah mertua di Cibinong. Juga tidak pilih pulang ke rumah Ortu di Tasikmalaya. Dia pilih menginap di kantor polisi. Itulah risiko dari kebebasan memilih suami.
Kapolres Bogor, AKBP Rio Wahyu Anggoro kepada wartawan mengatakan, kondisi fisik Qory tampak baik, sedangkan mentalnya perlu pendampingan ahli psikologi. Tapi, kehadiran tiga anak itu membuat Qory kelihatan gembira.
AKBP Rio: "Alhamdulillah kondisi fisik dr Qory berangsur membaik. Namun kami minta tim psikologi terus mendampingi."
Kondisi psikis Qory ternyata berat. Kepala P2TP2A Bogor, Euis Kurniasih kepada wartawan mengatakan:
"Kondisi psikis dokter Qory belum stabil. Kadang dia inginnya begini, kadang inginnya berbeda. Makanya tetap ditunggu oleh psikolog sambil diberi penguatan, termasuk juga terhadap anak-anak Qory.”
Hebatnya, Qory langsung ceria saat tiga anak itu tiba di Polres Bogor. Muncul sikap keibuan. Tiga anak itu juga gembira.
Euis: "Memang, sejak dari awal dokter Qory minta perlindungan ke Kantor P2TP2A, dia ada kekhawatiran tentang kondisi anak-anak. Dia diperlakukan kejam oleh suami, lalu pergi, dia khawatir terhadap anaknya."
Kepada Euis, Qory menceritakan lengkap. Sejak Qory-Willy pacaran sewaktu SMA, lalu kawin lari, lalu tinggal bersama mertua, sampai di-KDRT rutin. Artinya sudah lama dia jadi korban KDRT. Cuma, dia menahan diri demi anak. Sampai dia tidak kuat lagi dan minggat.
Selama Qory tinggal di Kantor P2TP2A Bogor, dia akrab dengan semua orang di kantor itu. Selain akrab dengan Euis, juga dengan Pengurus P2TP2A Bogor, Saryuni.
Kepada Saryuni, Qory pertama kali mengatakan, dia akan lapor polisi setelah merenung tiga hari di Kantor P2TP2A. “Dia pikir-pikir akhirnya diputuskan lapor polisi,” ujar Saryuni yang mendampingi saat melapor polisi.
Saryuni: “Dia (Qory) menyatakan, sudah tidak kuat rumah tangga dengan suami selama dua belas tahun ini. Dia katakan, setelah lapor polisi, terus udahan (bercerai) dengan suami. Mungkin, kalau suami dipenjara terus mereka tetap suami-isteri, dokter Qory bakal dibalas lebih kejam lagi.”
Pernyataan Saryuni dari curhatan Qory itu realistis. Jika isteri korban KDRT suami sudah lapor polisi, maka hampir pasti mereka bercerai. Karena bagi perempuan, lapor polisi adalah langkah terakhir mengakhiri rumah tangga.
Qory ketika muda begitu yakin menentukan pilihan pasangan hidup. Mereka teman SMA. Artinya, Qory paham persis watak Willy sejak remaja. Biasanya karakter tak beda jauh setelah dewasa.
Jika karakter manusia sudah terbentuk sejak anak-anak, tapi karakter belum teruji oleh problem di masa rumah tangga. Problem rumah tangga muncul dari berbagai jurusan. Gencar bertubi-tubi. Butuh pengorbanan luar biasa bagi semua pihak.
Di kasus Qory, puncak KDRT itu terjadi Minggu (12/11) malam. Tepat di pukul 00.00 masuk Senin (13/11). Sedangkan, Senin adalah ulang tahun Willy ke-38. Malam itu Willy nonton film di TV. Mendadak Qory mendekai TV dan mematikannya.
Qory: “Selamat ulang tahun, sayang… Aku punya kejutan buat Rama.”
Willy kaget. Bukannya senang, justru marah. Mungkin film yang ditonton sedang seru. Willy memukul Qory dengan tangan. Qory syok. Dia sudah menyiapkan kue ulang tahun, malah ditonjok. Toh, pencari nafkah keluarga itu Qory sebagai dokter. Willy pengangguran, penjaga anak-anak.
KDRT selesai, mereka tidur. Esoknya, KDRT itu berlanjut. Kali ini lebih dahsyat. Diinjak-injak. Sampai Qory cari perlindungan ke Kantor P2TP2A. Sampai polisi memamerkan barang bukti, dua pisau dapur besar bergagang hijau di acara gelar perkara. Pisau itu, kata polisi, sudah ditempelkan Willy di punggung Qory.
Jadi, pasangan disikapi baik belum tentu beraksi baik pula. Tergantung latar belakang aneka kejadian sebelumnya. Bertumpuk-tumpuk. Bertahun-tahun. Yang cuma diketahui oleh pasangan itu sendiri.
*) Wartawan Senior