Pelajaran dari Gubernur NTB
Mataram: Gubernur NTB (Nusa Tenggara Barat) Muhammad Zainul Majdi (45) adalah seorang ulama. Masyarakat Lombok menyebutnya Tuan Guru, artinya sama dengan Kiai. Karena itu dia patut diteladani.
Bagaimana tidak diteladani, bahkan ketika seorang mahasiswa yang kemudian diketahui bernama Steven Hadisurya Sulistyo mencacinya di Bandara Internasional Singapura Changi dengan kalimat yang menyakitkan dan berbau rasis, Tuan Guru malah memaafkan.
Ceritanya, Gubernur bersama istrinya, Dr Hj. Erica Zainul Majdi sedang antri untuk masuk ruang tunggu penerbangan Batik Air tujuan Jakarta, hari Minggu (9/4) siang lalu. Berdua mereka antri, kemudian Pak Gubernur pamit istrinya mau menanyakan penerbangan kepada petugas.
Ketika Gubernur berbicara dengan petugas, datanglah serombongan pemuda-pemudi yang antri di belakang istri Gubernur. Tak lama kemudian Pak Gubernur datang dan langsung kembali merapat pada istrinya. Eh, salah seorang dari rombongan WNI tadi marah-marah. Dia lantas bicara dengan teriak-teriak, menyebut kalau Gubernur NTB nyerobot antrian.
Pak Gubernur menjelaskan bahwa wanita yang antri bersamanya ini adalah istrinya, bukan orang lain.
“Mereka mungkin malu. Tapi mereka tetap mengumpat. Kami mengalah, lalu pindah antrian. Tapi masih saja diumpat, bahkan dengan umpatan yang menyakitkan yaitu “tiko”. Saya memutuskan mengadu kepada petugas di Jakarta setelah mengatahui arti kata “tiko” yaitu tikus kotor. Rupanya mereka punya sebutan yang sangat merendahkan,” tulis Tuan Guru menjawab pertanyaan seorang temannya di medsos.
Karena sama-sama dalam satu penerbangan, sesampainya mendarat di terminal international bandara Soekarno Hatta, Jakarta, Tuan Guru mengadukan ke polisi . Steven dan rombongannya dimintai keterangan oleh petugas. Steven kemudian membuat surat permintaan maaf bermeterai, dan Tuan Guru juga langsung memaafkannya. Persoalan dianggap selesai.
Masyarakat NTB bersyukur memiliki gubernur seperti Muhammad Zainul Majdi. (nis)