Pelajar Putus Sekolah Undang Kepedulian DPRD Sidoarjo
Persoalan pelajar putus sekolah karena tak mampu melunasi biaya sekolah, sehingga ijazah dan Surat Keterangan Lulus (SKL) ditahan oleh pihak sekolah, mengundang kepedulian Anggota Komisi D, DPRD Sidoarjo, Tarkit Erdianto.
Tarkit berkunjung ke rumah Haikal Wira Setiawan, pelajar yang putus sekolah lantaran ijazahnya ditahan pihak sekolah, Mts Hasanuddin, Gedangan, Sidoarjo, karena tak mampu melunasi tunggakan senilai Rp 10.389.000, Kamis, 9 Januari 2025.
Dalam kunjungannya, Tarkit berjanji akan mencarikan solusi terbaik tentang persoalan tersebut. Ia akan berkoordinasi dengan anggota eksekutif DPRD Sidoarjo, dan lembaga sekolah yang menaunginya.
“Karena ini bagian dari kewajiban kita. Saya sebagai wakil rakyat merasa berdosa jika tidak dilakukan. Merealisasikan keinginannya yang penting ke depan bagaimana bisa kebutuhan dasar (pendidikan) dari warga negara ini terpenuhi,” ujar Tarkit di sela kunjungan.
Tarkit melanjutkan, setelah permasalahan utama ini selesai, dan ijazah bisa keluar, Tarkit akan membantu mencarikan solusi selanjutnya agar Haikal bisa sekolah. Meskipun orang tua Haikal ber-KTP Surabaya.
“Tidak masalah, bisa saya koordinasikan dengan instansi pendidikan atau lembaga pendidikan di Sidoarjo. Yang penting persoalan utamanya selesai,” tegasnya.
Dalam hal ini, Tarkit menyayangkan sikap pihak sekolah Mts Hasanuddin yang sengaja menahan ijazah siswanya, hanya karena permasalahan biaya sekolah. Padahal hal tersebut jelas tidak dibenarkan, meskipun itu lembaga pendidikan milik swasta.
“Harusnya itu tidak boleh karena ini bagian dari tanggung jawab lembaga pendidikan. Pendidikan adalah hak setiap pelajar,” tutur Tarkit.
Ia berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari. Jika ada kendala antara lembaga pendidikan dengan wali murid, baiknya disampaikan kepada pihak terkait.
“Kami berharap sekolah tidak menahan ijazah, ada diskusi ada diskresi dari lembaga yang berkaitan sebagai tanggung jawab lembaga pendidik. Saya berharap tidak terjadi kasus serupa. Kasihan, karena faktor kurangnya komunikasi jadi kerugian ditanggung oleh siswanya,” pungkasnya.
Advertisement