Pelabuhan Perikanan Masami Banyuwangi sudah Empat Bulan Vakum
Kondisi Pelabuhan Perikanan Masami, Banyuwangi mengkhawatirkan. Pelabuhan perikanan swasta yang telah diakui Kementerian Kelautan dan Perikanan ini, hampir empat bulan terakhir vakum. Sebab seluruh kapal ikan yang seharusnya bongkar di Pelabuhan ini diarahkan ke Pelabuhan Tanjungwangi dengan alasan cuaca buruk.
Kepala Pelabuhan Perikanan Masami, Rudi Steven menyatakan, Pelabuhan Perikanan Masami sudah resmi beroperasi Januari 2023. Sejak saat itu, Pelabuhan ini melayani bongkar ikan hingga awal Mei 2023.
“Mulai Januari sampai Mei hampir 107 kapal yang bongkar,” jelasnya, Selasa, 22 Agustus 2023.
Namun sejak awal Mei tersebut Kapal-Kapal ikan diarahkan bongkar di Pelabuhan Tanjungwangi yang merupakan pelabuhan umum. Pertimbangannya karena faktor cuaca yang tidak baik. Kondisi ini berlangsung hingga saat ini. Sehinga praktis selama hampir empat bulan terakhir pelabuhan ini vakum tanpa kegiatan bongkar muat.
Dia menyebut, jarak Pelabuhan Perikanan Masami dengan pelabuhan Tanjungwangi sangat berdekatan. Hanya beberapa ratus meter. Sehingga jika alasannya cuaca buruk, kata Dia, secara teknis karena jarak berdekatan otomatis kondisi cuaca di kedua Pelabuhan tersebut juga sama.
“Ini sudah berlangsung selama hampir empat bulan. Padahal secara data, cuaca tidak selalu buruk. Ada cuaca baik, dan dasar kita di lapangan baik dari BMKG menunjukkan (cuaca) bagus,” tegasnya.
Meski selama empat bulan tidak ada kapal yang bongkar, menurut Rudi, biaya operasi pelabuhan masih tetap berjalan. Utamanya gaji karyawan hingga maintenance Pelabuhan yang nilainya bisa mencapai Rp200 juta per bulan.
Dia menyebut, saat ini, kondisi pelabuhan perikanan Masami sangat menghawatirkan. Dia berharap dukungan pemerintah kepada pengusaha Pelabuhan perikanan swasta agar bisa beroperasi secara maksimal.
“Jami kami mohon kami selakub pelabuhan swasta yang mendukung program pemerintah di bidang perikanan kami mohon support dan dukungannya supaya kami maksimal kembali, kapal-kapal itu bisa kembali lagi seperti aturan yang lama, satu pintu,” katanya.
Dikonfirmasi terpisah, Syahbandar Pelabuhan Perikanan Masami, Wahyu Feri Widodo menyatakan, berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 4 tahun 2023, Pelabuhan Masami telah ditetapkan sebagai pelabuhan perikanan. Mulai Januari 2023 kapal ikan sudah mulai dipindahkan ke Pelabuhan Perikanan Masami.
“Dengan begitu sesuai dengan aturan kapal ikan melakukan aktivitas di Pelabuhan Pangkalan yang telah ditetapkan yakni Pelabuhan Masami,” jelasnya.
Namun sejak awal Mei 2023, datang musim angin timur yang menyebabkan terjadinya arus dan gelombang tinggi. Angin timur ini, kata Dia, biasanya terjadi selama empat bulan yakni bulan Juni hingga September. Namun tahun ini datang lebih awal.
Dampak datangnya angin timur ini, kondisi kapal ikan yang bongkar di Pelabuhan perikanan Masami goyang akibat gelombang tinggi dan arus. Bahkan menurutnya ada beberapa bolder kapal yang patah karena kerasnya gelombang dan arus.
Menyikapi kondisi ini, Wahyu Feri Widodo mengaku meminta petunjuk dari pimpinannya yang ada di Jakarta. Petunjuk yang didapat, dalam rangka keselamatan diarahkan untuk koordinasi dengan pelabuhan umum Tanjungwangi.
“Dari KSOP Tanjungwangi mengizinkan untuk kapal ikan aktivitas di sana sampai cuaca reda. Akhirnya kapal (ikan) berkegiatan di Tanjungwangi sampai sekarang. Itu semua kami laksanakan dalam rangka menjaga aspek keselamatan,” tegasnya.
Mengenai kondisi cuaca Pelabuhan Masasmi dan Tanjungwangi, menurutnya, Pelabuhan Masami berada di mulut selat. Sedangkan Pelabuhan Tanjungwangi lebih ke dalam selat. Sehingga kondisi cuacanya lebih mendingan.
Wahyu Feri Widodo tidak membantah, sejak awal Mei sampai saat ini, Pelabuhan Perikanan Masami vakum tanpa pernah ada aktivitas atau kegiatan bongkar ikan. Diapun mengakui memang sengaja mengarahkan kapal ikan ke Pelabuhan Tanjungwangi sebagai pelabuhan alternatif.
“Setelah selesai cuaca buruk nanti kalau sudah selesai cuaca buruk, kondisi membaik kita arahkan kembali ke pelabuhan pangkalannya (pelabuhan Masami). Ini kondisi force majeure,” pungkasnya.
Advertisement