Pelabuhan Muncar Banyuwangi Makin Memprihatinkan
Pelabuhan Perikanan Muncar, Banyuwangi yang menempati kawasan seluas 17,7 Ha, sepeluh tahun belakangan, disebut semakin memprihatinkan. Jika dibiarkan nasibnya diprediksi akan seperti Pelabuhan Perikanan Bagan Siapi-api, Sumatera Utara, yang hidup enggan mati tak mau.
"Megahnya pelabuhan akan menjadi monumen perikanan nasional dan meninggalkan cerita bagi anak cucu saja," kata Ketua Forum Masyarakat Kelautan, Maritim dan Perikanan, Oki Lukito, melalui keterangan tertulisnya kepada ngopibareng.id, Jumat 3 Mei 2019.
Padahal investasi yang telah ditanamkan untuk membangun Pelabuhan Perikanan Muncar tidaklah sedikit. Setidaknya telah menghabiskan Rp 1 triliun, antara lain untuk membangun sejumlah sarana seperti break water penahan gelombang, dua dermaga, dua buah kolam labuh, dua Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Serta fasilitas lainnya seperti rumah singgah nelayan, Kantor Syahbandar dan Polair, stasiun pompa bensin khusus nelayan (SPDN), fasilitas docking dan pergudangan.
"Muncar dijadikan salah satu dari sembilan pelabuhan nasional yang menjadi kawasan minapolitan pada tahun 2009, dan merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, bahkan nasional. Uang yang beredar saat Muncar berlimpah ikan tidak kurang dari 10 miliar per hari," kata Oki, yang juga Pengurus DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Timur ini.
Ia menyebut, salah satu komoditas utama Muncar adalah, ikan lemuru, bahan baku ikan kalengan seperti sarden. Namun, saat ini produksi ikan lemuru hasil tangkapan nelayan menurun drastis. Dampaknya pun dirasakan ratusan industri perikanan rumahan yang memproduksi minyak ikan dan tepung ikan.
Pada tahun 2007 produksi lemuru mencapai 65.000 ton, dua tahun berikutnya menurun menjadi rata-rata 27.833 ton. Angka itu turun, kata Oki turun drastis menjadi 1.651 ton pada tahun 2011. Meski sempat kembali meningkat sebanyak 10.267 ton pada tahun 2015, jumlah tangkapan ikan lemuru terus menurun hanya 54 ton pada tahun 2017.
Dengan kondisi seperti itu 13 ribu nelayan yang mengawaki 1.865 unit kapal/perahu 5-30 GT kehilangan sebagian besar pendapatannya. Penumpukan kapal di kolam labuh tidak bisa dihindari karena hanya sebagian kecil saja kapal ikan yang beroperasi.
Berbeda dengan usaha rumahan pengolahan ikan yang umumnya gulung tikar, sebaliknya industri pengolahan ikan di luar kawasan pelabuhan Muncar malah semakin berkembang. Ratusan pabrik canning, surimi yang lama maupun baru memasok kebutuhan bahan bakunya dari impor maupun mendatangkan dari perairan Indonesia Timur.
Ratusan kapal ikan dari Pekalongan, Juwana, Jakarta, Makassar setiap hari membongkar ikan di Pelabuhan Meneng, Banyuwangi, yang berjarak 40 km dari Muncar. Pelabuhan Muncar dengan kedalaman 2-4 meter dan fasilitas dermaganya tidak memenuhi syarat, tidak bisa digunakan sandar kapal kayu berbobot 30 -300 GT.
"Sampai saat ini, belum ada upaya konkret dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menyelamatkan aset investasinya serta memfungsikan maksimal Pelabuhan Muncar," ujar dia.
Untuk memenuhi fasilitas bongkar muat kapal seperti di Pelabuhan Umum Meneng, Muncar membutuhkan dermaga dengan kedalaman 7-9 meter. Jetty menjadi salah satu alternatif sebab tidak membutuhkan perawatan untuk pengerukan sedimentasi seperti di dua kolam labuh yang ada.
Oki berharap, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi bisa aktif melakukan underwater restocking untuk melestarikan sumberdaya ikan, pemulihan ekosistem terumbu karang juga harus digalakkan.
Termasuk di antaranya memulihkan ekosistem mangrove di Teluk Pangpang serta meningkatkan sumber daya manusia nelayan MuncarĀ agar mampu menangkap ikan di laut dalam.
Sebagai contoh nelayan di Pancer, Banyuwangi yang awalnya nelayan one day fishing banyak yang beralih ke penangkapan ikan laut dalam hingga tujuh hari melaut di Samudra Indonesia dengan hasil tangkapan, tuna, cakalang, tongkol.
"Lahan di kawasan Pelabuhan Muncar yang idle juga memungkinkan untuk disewa industri pengolahan ikan, cold storage, pergudangan dan memaksimalkan fasiltas docking kapal," pungkasnya. (frd)
Advertisement