‘Pekat’ Masih Pekat, MUI Soroti Kinerja Aparat
Tidak beroperasinya dua tempat hiburan malam (Pop City dan 888) karena izin operasionalnya tidak diperpanjang oleh Pemkot Probolinggo, tidak membuat “penyakit masyarakat” (pekat) mengendur. Ternyata peredaran minuman keras (miras), obat-obatan terlarang, perjudian, dan tindakn mesum masih menggeliat di Kota Bayuanga.
Hal itu terungkap dalam Mudzakarah Dai yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Probolinggo di Kantor Pembina Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Kota Probolinggo, Senin malam, 16 September 2019.
Forum Group Discussion (FGD) yang digelar MUI secara rutin itu diikuti para pengurus ormas-ormas Islam di Probolinggo. Di antaranya, NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, Hidayatullah, DDII, Kahmi, Ikadi, PITI, hingga LDII.
“Mumpung sekarang ada Kapolresta, Pak Alfian Nurrizal, saya blak-blakan saja. Masih banyak warung remang-remang, tempat kos yang dijadikan tempat mesum. Juga peredaran miras masih merebak,” kata Ketua Umum MUI Kota Probolinggo, KH Nizar Irsyad.
AKBP Alfian yang duduk di samping KH Nizar tampak tersenyum sambil menutupi mulutnya. “Ya, begini ini, Kiai Nizar yang juga guru saya, kiai saya, selalu pedas kalau berbicara masalah penyakit masyarakat,” kata Kapolresta.
KH Nizar pun menyarankan, polisi dan Satpol PP hendaknya lebih gencar menegakkan peraturan. “Kalau mereka yang mengedarkan miras misalnya, hanya dikenai tindak pidana ringan atau Tipiring ya mereka tidak jera,” katanya.
Forum diskusi semakin hangat karena sejumlah pengurus MUI, juga pengurus ormas Islam membenarkan pernyataan Ketua MUI.
“Ini, ada informasi, ada perjudian di Jalan Cangkring Gang V, Kota Probolinggo,” ujar seorang ustadz yang tidak ingin menyebutkan namanya.
Seorang ustadz lain mengatakan, peredaran obat-obatan terlarang marak di Kelurahan Sumber Wetan. “Kami mengkhawatirkan nasib anak-anak dan remaja yang menjadi sasaran peredaran ‘pil setan’,” katanya.
Menjelang tengah malam, forum diskusi semakin panas karena Ustadz Ahmad Sumedi dari Komunitas Hijrah Probolinggo mengemukakan, Probolinggo sudah “darurat moral”. “Bisa saya katakan, moralitas sebagian warga Probolinggo bobrok. Bayangkan, ada kasus mirip Vina Garut yakni, seorang suami menjual istrinya untuk ‘esek-esek’ di Probolinggo,” kata mantan wartawan itu.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Masyfu’ yang juga pembina MUI mengatakan, jangan semua masalah ditimpakan kepada MUI.
“Masalah yang sangat komplek, penyelesaiannya harus melibatkan banyak pihak. Jangan semua dibebankan MUI,” katanya.
Terorisme
Sementara itu Kapolresta AKBP Alfian Nurrizal mengaku, berterima kasih kepada MUI dan pengurus ormas-ormas Islam atas masukannya. Dikatakan Polresta siap menindaklanjuti terkait “pekat” yang masih merebak di Probolinggo.
Sisi lain, yang perlu menjadi perhatian bersama MUI dan ormas Islam, kata Alfian, selama dua setengah tahun menjabat Kapolresta Probolinggo ada kasus besar terungkap yakni, terorisme.
“Kami tidak mengira, kota yang terlihat kondusif ternyata menyimpan banyak pelaku terorisme,” katanya.
Bahkan sebanyak 16 pelaku terorisme ditangkap di Kota Probolinggo pada 2018 lalu. “Kini mereka menjalani tahanan, satu di antaranya meninggal dunia, satu lagi dirawat karena sakit,” katanya.
Belum cukup, pasca penangkapan pelaku terorisme, publik Probolinggo dikejutkan dengan pawai anak-anak PAUD yang menghebohkan dunia maya (viral). “Ada anak-anak TK pawai bercadar dengan menenteng replika senjata AK 47. Sampai Pak Menteri (Mendikbud Muhadjir Effendy) datang ke sini untuk klarifikasi,” kata Kapolresta.