Pejabat Kemlinti dan Sales Kartu Kredit
Ngopibareng.id kedatangan Lia Istifhama. Anggota DPD RI terpilih untuk periode 2024-2029, Rabu 17 April 2024. Saya biasa memanggilnya Mbak Lia. Tahun ini ia lolos ke Senayan mewakili Jawa Timur. Urutan ke tiga suara terbanyak. Sebanyak 3 juta sekian ia dapat kalau tak salah. Di atasnya ada Mawardi dan La Nyalla Matalliti.
Kami sudah kenal lama. Sebelum dia memutuskan maju jadi caleg DPD. Bahkan beberapa minggu sebelum resmi daftar, dia datang dan ngopi di cafe kantor Ngopibareng.id, curhat dan minta doa maju DPD. Dulu sebelum maju DPD, saya pernah bantu dia untuk running di Pilwali Surabaya 2020. Dia ingin maju sebagai Calon Wakil Walikota. Namun karena elektabilitas belum di batas tertentu, walhasil angan-angan itu tak menemui titik terang.
Semalam, dia saya todong podcast. Saya kontak hari sebelumnya, saya minta harus diluangkan waktu untuk bertemu meskipun jadwalnya padat. Pejabat memang terkadang harus dipaksa sedikit. Hehe.
Di podcast itu saya bahas hal yang tidak pernah dibahas oleh siapapun dan media apapun. Karena sudah kenal dekat, ngobrolnya enak dan ngalir. Mau nanya masa lalu juga tidak awkward.
Salah satu ceritanya saya bocorkan di sini saja. Saat dulu zaman kuliah di Unair, tepatnya FISIP, Mbak Lia punya privileged sebagai anak dan ponakan politisi besar. Ayahnya adalah almarhum KH Maskur Hasyim, ketua partai PPP Jawa Timur. Tantenya adalah Khofifah Indar Parawansa, mantan menteri sekarang Gubernur Jatim meski sudah purna periode pertama.
Dulu, ketika ayahnya menjabat sebagai anggota dewan dan tantenya berikhtiar di ibukota, Mbak Lia memilih jadi sales & marketing kartu kredit beberapa bank swasta. Gaji 800-an (UMR) saat itu. Mungkin saja dengan jabatan orang tua dan tantenya, bisa memberi jutaan.
Cerita ini tidak berniat merendahkan pekerjaan teman-teman sales dan marketing kartu kredit, namun saya terkesima ketika seorang keluarga pejabat memilih tidak mengambil privilege itu. Khususnya di dunia keuangan, finansial, dan karir. Ia memilih berkeringat sendiri.
Gara-gara ini, saya ingat kasus anak atau keluarga pejabat yang merasa di atas angin. Kalau kata orang Jawa 'kemlinti'. Dengan jabatan yang dimiliki orang tua atau keluarganya, dia merasa bisa melakukan apapun. Tanpa takut siapapun. Bahkan mungkin hukum bisa diubah sedemikian rupa. Tapi yang jelas, kata-kata di atas tidak berhubungan dengan Pilpres ya.
Mbak Lia berpesan untuk keluarga pejabat saat ini yang 'kemlinti' itu, harus ingat roda berputar. Jadi jangan kemudian pasrah ke orang yang sedang berkuasa. Usaha sendiri pakai keringat sendiri juga perlu. Hasilnya dijamin memuaskan. Bikin nangis bahagia. Seperti bahagia dan plongnya kita waktu lihat Timnas Indonesia akhirnya juara SeaGames tahun lalu.
Banyak cerita lainnya di obrolan malam itu, nantikan minggu ini lengkapnya. Video podcast akan tayang di YouTube ngopibareng.id.