Pejabat Depok Injak Sopir Truk dalam Social Learning Theory
Oleh: Djono W. Oesman
Warga Krukut, Depok, kesal. Truk sering lewat situ, bisa menyenggol pipa gas. Warga lapor Wakil Ketua DPRD Depok, Tajudin Tabri. Sopir truk Ahmad Misbah (24) ketangkap, disanksi pushup, diinjak Tajudin.
----------
Warga Krukut berterima kasih pada Tajudin. Sudah bertindak responsif. Sebaliknya, sopir truk Misbah melapor ke Polres Depok. Perkara diusut.
Publik fokus pada peristiwa Misbah dihukum Tajudin, yang direkam video. Tampak: Tajudin marah. Menghardik. Misbah turun dari truknya. Langsung, ditampar Tajudin. Lalu, Misbah diperintahkan pushup.
Saat Misbah pushup, Tajudin menginjakkan kaki (bersepatu pantofel hitam) ke leher Misbah. Tapi hanya sekitar dua detik, lalu Tajudin menarik lagi kakinya.
Usai Misbah pushup, Tajudin memerintahkan Misbah berguling-guling di aspal tengah jalan. Dilakukan sampai tubuh Misbah ke tanah pinggir jalan.
"Balik lagi..." teriak Tajudin. Misbah pun berguling-guling, balik ke sisi pinggir jalan seberangnya. Hukuman selesai.
Misbah jauh lebih muda dibanding Tajudin (63). Jauh lebih kekar. Mengapa Misbah tidak melawan? Sebab, puluhan warga Krukut menonton itu, mendukung Tajudin. Bahkan, kelihatan gregetan, hendak memukul Misbah.
Kejadian Jumat, 23 September 2022 sore. Rekaman video diunggah seseorang ke medsos. Dan, viral. Misbah sore itu juga melapor ke Polres Depok dengan bukti rekaman video. Isi laporan: Harga diri Misbah diinjak-injak.
Akibatnya heboh nasional. Mayoritas warga menghujat Tajudin. Pengacara Hotman Paris Hutapea ikut menghujat Tajudin. Sebagai arogansi penguasa.
Hotman dikutip dari akun Instagram @hotmanparisofficial, Sabtu, 24 September 2022, isinya: "Ayok kita lawan! Tapi Hotman 911 harus pelajari dulu kasus posisi sebenarnya!".
Klarifikasi Tajudin kepada pers, Jumat, 23 September 2022: “Saya ingin mengklarifikasi kejadian tadi, karena memang viral ya. Saya secara pribadi terutama kejadian itu, karena di luar batas kemampuan atau kontrol saya."
Dijelaskan Tajudin, di Jalan Krukut, ada pipa gas yang ditanam di bawah tanah, melintangi jalan. Truk-truk pemasok material pembangunan jalan tol Cijago selalu lewat situ. Akibatnya, pipa gas yang tertanam, bengkok sampai di pinggir jalan tampak naik.
Maka, warga memasang portal buka-tutup, yang kira-kira truk tidak bisa lewat situ. Tapi, para sopir truk merusak portal, supaya tetap bisa lewat. Portal yang dirusak, diperbaiki warga. Sampai dua kali begitu.
Tajudin: “Kenapa saya marah? Karena ini kejadian yang ke tiga kali. Ketika kejadian ke dua, saya juga turun ke lokasi. Tapi sopir truknya keburu kabur.”
Dilanjut: “Saya ada di dalam grup WA warga. Nah, pada kejadian kedua, di grup WA itu warga sampai bilang begini: Ini kerjaan dewan ngapain aja.... sampai kejadian dua kali."
Di kejadian ke tiga, warga yang kesal pada sopir truk, menelepon Tajudin. Diminta datang ke lokasi, karena sopirnya ditahan warga. Akhirnya, peristiwa injak leher itu terjadi.
Tajudin: "Tapi saya mohon maaf tadi sudah ketemu juga dengan pihak tol, mediasi. Saya juga sudah minta maaf ke sopirnya. Saya dimaafkan. Tahu-tahu, ia lapor polisi dan kejadian ini viral."
Klarifikasi Tajudin dikonfrontir wartawan kepada Ketua RW 07, Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Depok, Samsul Anwar, dibenarkan Samsul Anwar.
Samsul Anwar: "Pertama, kami warga RW 07 Krukut sangat berterima kasih kepada Pak Haji Tajudin. Beliau selalu menanggapi semua keluhan warga. Terakhir, di kejadian sopir truk itu. Beliau ada di dalam grup WA warga."
Dilanjut: “Bahkan ini (sopir truk menerobos portal) sudah ke tiga kali kejadian. Kalau pipa gas itu sampai bocor, bisa luar biasa dampaknya. Itu yang ditakuti warga. Sedangkan, kalau warga sendiri yang negur sopir truk, katanya kurang, makanya warga butuh sosok Pak Tajudin sendiri yang negur."
Kelihatan, Tajudin menyatu dengan warga dalam grup WhatsApp. Komentar warga mencemooh anggota DPRD Depok via WA (soal sopir truk), sama saja mencemooh Tajudin. Sehingga, begitu ada kesempatan ketemu sopir truk, Tajudin sangat emosional. Ia 'terjerumus' ke aksi tersebut.
Tajudin dari Partai Golkar. Ia Bendahara DPD Partai Golkar Depok.
Ketua DPD Partai Golkar Kota Depok Farabi Arafiq kepada pers, Jumat, 23 September 2022, mengatakan:
"Menanggapi video viral HTJ (Haji Tajudin Tabri) pada sopir truk, saya Ketua DPD Partai Golkar sangat menyesalkan kejadian tersebut."
Dilanjut: "DPD Partai Golkar telah melakukan pemanggilan terhadap yang bersangkutan melalui surat untuk selanjutnya dilakukan proses secara kepartaian sesuai AD/ART partai Golkar."
Akhirnya: "Yang bersangkutan dapat dikenai sanksi tegas sesuai derajat kesalahannya. Dari yang ringan sampai pada pemecatan, tergantung pada hasil investigasi tim khusus dan klarifikasi dari yang bersangkutan."
Beringsut ke sopir truk. Mengapa mereka selalu lewat situ? Sebab, itulah jalur tersingkat menuju proyek jalan tol Cijago. Jalan lain, memutar sangat jauh.
Dua sopir perusak portal terdahulu, bukan Misbah. Misbah sopir ke tiga perusak portal. Bisa jadi, Misbah tahu bahwa warga marah jika truk lewat situ, sehingga kemudian diportal. Karena, itulah jalur truk tersingkat ke Cijago. Dan, truk-truk material yang menuju proyek Cijago, pastinya suatu komunitas.
Maka, Misbah tetap lewat situ dan merusak portal, karena sopir lain juga merusak portal di situ. Misbah cuma meniru. Sebab, dia mungkin tahu, bahwa dua sopir terdahulu juga tidak disanksi.
Prof Albert Bandura dalam bukunya, "Social Learning Theory" (1977) menyebut, manusia melakukan sesuatu, karena meniru. Ketika manusia dilahirkan, tidak bisa apa-apa. Ia bisa tersenyum, ketawa, bicara, karena meniru (diajari) ortu.
Dari bayi sampai mati, orang terus-menerus meniru orang lain. Dalam perjalanan hidup manusia, akan meniru hal-hal yang dianggap menguntungkan. Di situ teori Albert Bandura ketemu dengan teori Sigmund Freud tentang sifat dasar manusia: "Id, Ego, Superego".
Albert Bandura (4 Desember 1925 – 26 Juli 2021) psikolog top Negara Barat. Ia penggagas Teori Kognitif Sosial. Terakhir, ia guru besar psikologi di Stanford University, California, Amerika Serikat.
Bandura: "Untungnya, sebagian besar perilaku manusia dipelajari melalui pengamatan, melalui pemodelan. Dari mengamati orang lain, seseorang membentuk gagasan tentang bagaimana perilaku baru dilakukan. Dan pada kesempatan berikutnya, informasi yang di-kode-kan ini berfungsi sebagai panduan untuk bertindak."
Eksperimen Bandura yang terkenal se-dunia (psikologi) adalah "Boneka Bobo". Ditulisnya dalam artikel ilmiah psikologi bertajuk, "Bobo doll experiment: Description, Methodology, Results, and Facts" (Encyclopedia Britannica, 5 Desember 2020)
Di eksperimen itu, ada boneka diberi nama "Bobo". Bandura memaparkan, bahwa anak-anak belajar dan meniru perilaku yang mereka amati pada orang lain.
Di dalam sebuah ruangan, segerombolan anak-anak mengamati pria dewasa bertindak kasar terhadap boneka Bobo. Dimarahi, dipukul, dibanting, ditendang, berulang-ulang.
Kemudian, pria dewasa itu tersenyum ke anak-anak. Seolah ia baru tahu, bahwa ada anak-anak menonton tindakannya terhadap Bobo. Lantas, pria tersebut beranjak keluar ruangan, sambil memberikan Bobo kepada anak-anak. Lalu, ruangan ditutup.
Ternyata, anak-anak, yang di budaya Barat biasa menyayangi boneka, bertindak sebaliknya. Membenci boneka. Mereka memaki, memukul, membanting, bahkan mencabik-cabik Bobo.
Dari eksperimen itu, teori Bandura berkembang. Ia mengidentifikasi tiga model dasar pembelajaran observasional.
1) Model langsung, yang melibatkan individu aktual yang memerankan suatu perilaku. Terhadap Boneka Bobo.
2) Model simbolik, yang melibatkan karakter nyata atau fiksi yang menampilkan perilaku dalam buku, film, program televisi, atau berita di media massa, juga media sosial.
3) Model instruksional verbal, yang melibatkan deskripsi dan penjelasan dari suatu perilaku. Dalam bentuk instruksi atau pemberitahuan verbal.
Pembelajaran observasional versi Bandura, tidak selalu membutuhkan pengamatan orang lain untuk terlibat dalam suatu kegiatan. Melainkan, bisa pengamatan langsung oleh individu peniru (pembelajar). Langsung, melihat Bobo diperlakukan kasar.
Individu yang mendengar instruksi verbal, seperti mendengarkan podcast, video di medsos, televisi, juga mengarah pada pembelajaran. Individu juga bisa belajar dengan membaca, mendengar, atau menonton aksi tokoh-tokoh dalam buku dan film.
Jenis pembelajaran observasional inilah yang telah menjadi penangkal kontroversi, ketika orang tua dan psikolog memperdebatkan dampak media budaya pop pada anak-anak.
Bandura: "Banyak yang khawatir bahwa anak-anak dapat mempelajari perilaku buruk seperti agresi dari video game kekerasan, film, program televisi, dan video online."
Ketika perilaku buruk dalam video menyebar ke masyarakat, bisa menimbulkan berbagai reaksi. Bisa dikecam, ditiru, didukung, didiamkan.
Terkait video sopir truk di Depok, warganet mayoritas mengecam Tajudin. Meskipun warganet tidak tahu latar belakang kejadian tersebut. Massa cenderung bertindak langsung, sebagai reaksi dari sesuatu yang mereka tonton.
Sebaliknya, dari perspektif sopir Misbah, ia mendengar dari sesama sopir truk, bahwa Jalan Krukut Raya yang diportal warga, masih bisa diterobos. Ia cuma peniru. Yang kebetulan sial.
Peniruan ini pada dasarnya disadari semua orang. Berdasar feeling. Tidak perlu teori muluk-muluk. Cuma, perlu penegasan teori ilmiah.
Terbukti, Presiden Jokowi sampai empat kali mengingatkan Polri, agar bertindak adil dalam kasus Sambo. Karena, awalnya ada rekayasa. Tapi kemudian berakhir dengan prinsip keadilan.
Karena, seandainya rekayasa kasus itu dibiarkan pemerintah, bisa diprediksi, bakal ditiru masyarakat dengan berbagai perilaku negatif. Termasuk, tersangka Putri Candrawathi belum ditahan sampai kini. (*)
Penulis adalah Wartawan Senior
Advertisement