Pegiat Difabel Malang Kecam Aksi Injak Kepala Tuna Rungu di Papua
Sejumlah organisasi pegiat difabel di Malang Raya yang tergabung dalam wadah Advokasi Tuli untuk Inklusi (ATI), mengecam tindakan dua oknum aparat TNI Angkatan Udara (AU) injak kepala penyandang tuna rungu di Merauke, Papua pada 26 Juli 2021.
Berbagai organisasi yang tergabung dalam forum ATI antara lain Gerakan Kesejahteraan untuk Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Malang, Shining Tuli Kota Batu, serta Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS).
Ketua ATI, Khoirul Rizqy mengatakan bahwa segala bentuk kekerasan terhadap masyarakat apalagi disabilitas sangat tidak bisa dibenarkan. "Bahwa kekerasan dan penganiayaan terhadap penyandang disabilitas maupun masyarakat lainnya, tidak bisa dibenarkan,” ujarnya, pada Jumat 30 Juli 2021.
Terlebih lagi, lanjut Khoirul Rizqy, pelaku kekerasan tersebut dari anggota militer yang seharusnya berfungsi untuk melindungi hak-hak asasi manusia.
Ditambahkan oleh Ketua Gerkatin Malang, Sumiati mengatakan, kurangnya pengertian aparat penegak hukum dan masyarakat terkait bahasa isyarat menjadi pangkal dari kekerasan terhadap penyandang disabilitas.
"Sebabnya adalah keterbatasan komunikasi antar pihak, bahwa aparat penegak hukum dan masyarakat tidak mengerti bahasa isyarat," katanya.
Sementara itu, Ketua Linksos, Kertaning Tyas mengatakan perlu adanya edukasi kepada masyarakat maupun aparatur pemerintah terkait cara berkomunikasi dengan penyandang disabilitas.
“Ujung pangkal dari berbagai kekerasan terhadap penyandang disabilitas adalah minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat maupun aparatur pemerintah tentang disabilitas,” ujarnya.
Atas peristiwa kekerasan yang dialami oleh penyandang disabilitas di Merauke, Papua aliansi ATI menyampaikan tiga sikap yaitu. Bahwa kasus penganiayaan terhadap penyandang disabilitas rungu di Merauke, harus diproses hukum secara adil sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39/2020.
Kedua, pemerintah jharus mengambil kebijakan edukatif dengan mewajibkan materi kesadaran disabilitas ada di sekolah, perguruan tinggi, instansi pemerintah dan swasta, termasuk di kesatuan TNI dan Polri.
Ketiga, Advokasi Tuli untuk Inklusi (ATI) akan melakukan langkah-langkah inisiasi. Riilnya kami akan mengadakan kunjungan edukasi ke berbagai instansi pemerintah termasuk TNI dan Polri, serta swasta, lembaga pendidikan serta komunitas sosial.