Peduli Corona, Produksi Bilik Disinfektan dan APD
Pandemi corona membuat salah satu lembaga sosial di Jombang, Jawa Timur, tergerak untuk melakukan aksi sosial. Adalah Rombong Sedekah, lembaga kemanusiaan yang sudah berdiri sejak 2015 itu, berkonstribusi mencegah penyebaran virus Covid-19.
Setelah memantau pemberitaan wabah corona di Tanah Air pada awal Maret 2020, akhirnya tercetus ide untuk membuat bilik disinfektan.
“Kami berpikir berkonstribusi real (nyata) untuk masyarakat. Kita melakukan assessment ide dan tercetuslah box disinfektan,” kata Rosi Prima Antoni, pendiri Rombong Sedekah kepada Ngopibareng.id via WhatsApp, Senin 6 April 2020.
Bapak satu anak ini terinsipirasi bilik disinfektan buatan negara Turki. Dia lalu menggerakkan tiga orang tukang untuk menggarap bilik disinfektan menggunakan dana dari donator Rombong Sedekah.
Rosi berburu pipa spray cairan disinfektan di lapak online. Pria yang juga berprofesi sebagai pengusaha makanan ini juga berburu peralatan tambahan hingga ke Surabaya. Sayangnya sampai Kota Pahlawan, peralatan yang dibutuhkan ternyata stoknya kosong. Alhasil, pria 37 tahun itu harus pesan ke Jakarta.
“Pesan barangnya butuh waktu seminggu,” imbuh dia.
Penggarapan bilik disinfektan ini rmapung pada 28 Maret 2020. Rosi atas nama Rombong Sedekah menyerahkan ke RSUD Jombang dan salah satu rumah sakit tipe C di salah satu kecamatan di Kota Santri itu.
“Harapannya, agar pasien dan pengunjung sudah tersterilisasi sejak awal. Sehingga memberikan ketenangan bagi tenaga medis,” tutur Rosi.
Hibah bilik disinfektan ini disambut positif oleh Kepala Bagian (Kabag) Humas RSUD Jombang. Bilik disinfektan bisa dijadikan screening awal untuk pengunjung dan pasien.
“Alhamdulillah, saat itu kita langsung bertemu dengan Kabag Humas RSUD dan diterima dengan sangat baik. Kabag sangat apresiatif karena kita concern kegiatan screening awal dimana dia bekerja. Kami pun berterimakasih ke donator,” kenang Rosi.
Namun, tak selang beberapa lama, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengeluarkan pelarangan penggunan disinfektan untuh tubuh, pada 3 April 2020. Aturan ini mengacu pada World Health Organization (WHO).
Melihat perkembangan tersebut, Rosi langsung konsultasi ke rumah sakit perihal aturan baru tersebut. Namun, pihak rumah sakit berpendapat bilik disinfektan tersebut masih bisa digunakan.
“Pihak rumah sakit menjelaskan yang dipermasalahkan cairan disinfektannya. Jika kandungan cairannya tidak berbahaya masih bisa digunakan biliknya,” terang Rosi.
Lebih lanjut, pria yang tertarik bidang ekonomi itu pun membatalkan niatnya dalam memproduksi bilik disinfektan tambahan. Padahal dia tengah merancang 30 bilik baru.
Produksi APD
Semenjak bilik disinfektan dilarang, Rosi kebingungan harus berkonstribusi seperti apa untuk membantu cegah wabah corona saat ini. Beruntung, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jombang memberikan ide untuk pembuatan baju hazmat. Di RSUD Jombang membutuhkan alat pelindung diri (APD).
Tanpa piker panjang, Rosi langsung menyanggupi ide tersebut. Contoh APD pun sudah di tangannya. Pengerjaan APD masih dalam proses pencarian material bahan.
“IDI meminta sumbangan APD baju hazmat karena mereka tahu kami berminat membantu. Sekarang saya masih proses pencarian bahan yang sesuai, saya juga diskusikan dengan para dokter untuk bahannya,” bebernya
Bahan pembuatan baju hazmat sendiri di pasaran menurutnya tidak sesuai dengan standar kesehatan dan mahal. Meskipun demikian, dia sudah mendapat kiriman kain dari salah satu rekanannya.
“Bahan yang dikasih itu saya konsultasikan lagi ke dokter, dan disetujui. Jika memungkinkan, rencananya akan memproduksi seribu APD. Kami punya 8 penjahit binaan,” ujarnya.