Pedagang Nasi Bungkus Banyuwangi Mulai Terdampak Mahalnya Beras
Harga beras tak kunjung turun. Bahkan cenderung merangkak naik. Kondisi ini mulai berdampak pada pedagang nasi bungkus di Banyuwangi. Harga beras yang mahal membuat pedagang kelimpungan.
Salah satu pedagang nasi bungkus, Rojikin, 56 tahun, mengatakan, harga beras yang mahal sangat berpengaruh pada usahanya.
Warga Kelurahan/Kecamatan Giri ini menyebut, tidak mungkin dirinya menaikkan harga nasi bungkus yang dijualnya. Sebab saat kenaikan harga BBM lalu dirinya sudah menaikkan harga dari Rp5 ribu menjadi Rp6 ribu per bungkus.
"Kalau dinaikkan lagi, pasti pelanggan mengeluh. Bisa-bisa kehilangan pelanggan," katanya, Sabtu, 2 Maret 2024.
Hingga saat ini Rojikin tetap mempertahankan harga yang ada. Meskipun dari sisi keuntungan banyak berkurang akibat harga bahan baku yang mahal.
Keluhan yang sama juga disampaikan Saito, pedagang nasi bungkus di wilayah Kelurahan/Kecamatan Kalipuro. Pria ini mengaku bisa menghabiskan 25 kg beras dalam sehari.
Saito menyebut, sejak harga beras meroket, dirinya lebih sering menggunakan beras SPHP dari Bulog. Sebab harganya cukup terjangkau yakni Rp10.900 per kilogram.
"Kalau selain beras SPHP harganya paling murah Rp16 ribu per kilogram," katanya.
Berbeda dengan Rojikin, Saito menyiasati mahalnya beras ini dengan mengurangi takaran nasi dan lauknya. Jadi nasi dan lauk nasi bungkus jualannya dikurangi. Dia memilih mengurangi kuantitas dari pada menaikkan harga nasi bungkus.
"Nasinya dikurangi, lauk dikurangi. Kalau harga dinaikkan, kalah saing dengan pedagang lain, pelanggan bisa pindah," jelas pria yang mengaku sudah lima tahun berdagang nasi bungkus ini.