Pecahkan Rekor MURI, Puluhan Tunanetra Tulis Al Fatihah dengan Huruf Braille di Surabaya
Sebanyak 30 tunanetra di Surabaya berhasil memecahkan rekor MURI penulisan Al Fatihah dengan huruf braille terbanyak di Indonesia. Tercatat sebanyak seribu tulisan yang mereka berhasil dibuat.
Fasilitator tunanetra penulis Al Fatihah Braille, Gusti Hamdan menjelaskan, pemecahan rekor MURI tersebut bukan hanya sekadar ajang perayaan semata. Namun, harapannya menjadi saksi perjuangan para tunanetra dalam menegakkan literasi Alquran berbasis huruf Braille di Indonesia.
“Sebagian besar tunanetra hanya mengandalkan audio untuk bisa menikmati Alquran. Hal ini harus segera ditangani karena jika tidak, maka literasi Alquran Braille akan musnah seiring meninggalnya tunanetra yang bisa membacanya,” ujar Gusti, Senin 9 Desember 2024.
Gusti mengungkapkan, menulis surah Al Fatihah dengan huruf braille bukanlah hal yang mudah dan tidak bisa dilakukan dalam waktu yang pendek. Sebagian besar tunanetra, lanjut Gusti, mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran dan penulisan.
“Sebagian besar tunanetra mengalami kesulitan dalam menulis huruf hijaiyah braille. Mereka lalu diberi pelatihan intensif untuk menulis Al Fatihah Braille sebanyak 1.000 lembar dalam rangka untuk didaftarkan ke Rekor MURI ini,” ungkapnya.
Al Fatihah yang telah ditulis tersebut kemudian diperiksa terlebih dulu oleh tim penilai agar tidak ada satupun yang keliru, mengingat yang ditulis adalah ayat suci Alquran.
“Al Fatihah Braille yang ditulis oleh para santri disajikan dalam selembar A4 dengan spesifikasi khusus, dan melalui beberapa tahapan pemeriksaan kualitas yakni benarnya tulisan, kerapian, dan tidak basah, rusak, dan melewati batas yang sudah ditentukan,” tutur Gusti.
Gusti menerangkan, penulisan Al Fatihah braille sekaligus pemecahan rekor MURI itu difasilitasi oleh Komunitas Kawan Netra. Salah satu tujuannya adalah mendampingi tunanetra muslim Indonesia dalam memberantas buta huruf Quran Braille di Indonesia.
Gusti berharap ke depan gerakan tersebut akan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sekaligus memberikan manfaat bagi para tunanetra di Indonesia.
“Menyelenggarakan pendidikan bagi kaum disabilitas bukanlah hal mudah dan murah. Butuh perjuangan keras dan kolaborasi dengan banyak pihak. Kami terus melakukan dakwah ke masyarakat luas agar keberadaan gerakan ini bisa diketahui oleh banyak orang,” pungkasnya.