Ada Trend Kenaikan PDP Jadi Positif Corona di Jawa Timur
Penambahan pasien covid-19 di Jawa Timur ternyata banyak yang berasal dari pasien PDP (Pasien Dalam Pengawasan). Hal itu diungkapkan langsung oleh Gubenur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Khofifah mengatakan, berdasarkan evaluasi tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan virus Covid-19 provinsi Jawa Timur, saat ini ada peningkatan , terkait dengan pasien positif yang berasal dari PDP.
Jika sebelumnya pasien positif hanya 60 persen yang berasal dari orang status PDP. saat ini, pasien positif yang berasal dari PDP berjumlah 68 persen atau meningkat 8 persen dari sebelumnya.
Maka dari itu Khofifah mengatakan, saat ini pihaknya sedang meramu strategi khusus, agar para PDP ini bisa sembuh. Tanpa harus mereka terkena atau terinfeksi virus Corona.
"Nah evaluasi yang kami lakukan tadi itu, sebelumnya rata-rata hanya 60 persen PDP yang menjadi positif Nah sekarang ini jadi 68 persen. Ini dalam menangani ini, kita butuh strategi khusus yang harus kita lakukan untuk menangani ini," kata Khofifah, Minggu 10 Mei 2020 di Gedung Negara Grahadi.
Ia berharap, para pasien-pasien PDP saat ini bisa mendapatkan perawatan maskimal dari seluruh rumah sakit yang ada di Jawa Timur. Terlebih beberapa waktu ke depan, akan ada rumah sakit darurat yang bisa menjadi tempat merawat para PDP tersebut.
"Ya semestinya PDP ini bisa kita rawat secara maksimal. Terlebih kalau nanti ke rumah sakit darurat sudah bisa dipakai secara efektif. Jadi kemungkinan pasien PDP menjadi positif ini bisa kita cegah, dengan berbagai langkah-langkah kuratif yang akan kita lakukan," katanya.
Sementara itu, untuk data orang yang masuk dalam status ODP (Orang Dengan Pemantauan) sejumlah 21254. Sedangkan untuk orang yang sudah masuk dalam status PDP (Pasien Dalam Pengawasan) berjumlah 4031.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengumumkan data terbaru pasien positif di Provinsi Jawa Timur. Setidaknya ada tambahan 83 kasus baru di Jatim.
50 persen dari tambahan kasus tersebut berasal dari kota Surabaya atau sejumlah 41 kasus. sedangkan 20 persen lainnya berasal dari Kabupaten Sidoarjo atau sejumlah 16 kasus
Sementara itu, untuk tambahan kasus lainnya berasal dari 1 kasus dari Kabupaten Pasuruan, 1 kasus Kota Probolinggo, 2 kasus dari Kabupaten Jombang, 4 kasus dari kabupaten Lamongan, 1 kasus dari Kabupaten Jember, 2 kasus dari kota Malang, dan 2 kasus dari kabupaten Malang.
Selanjutnya, 1 kasus dari kabupaten Kediri, 2 kasus dari Kabupaten Bondowoso, 1 kasus dari kabupaten Blitar, 3 kasus dari Kabupaten Magetan, 2 dari Kabupaten Tuban, 1dari Kabupaten Probolingg, dan 2 dari Kabupaten Pacitan.