PDIP Banyak Kalah di Pilkada Serentak 2017
Dalam gelaran pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2017, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang digadang-gadang memiliki power berlebih karena memperoleh suara terbanyak pada Pemilu 2014 lalu, nyatanya harus menelan banyak kekalahan.
Dalam laporan Indonesia Strategic Institute (Instrat), partai berlambang banteng moncong putih itu menderita kekalahan di 56 daerah dari total 101 daerah yang menggelar pilkada serentak.
Laporan Instrat menyebutkan, PDIP hanya menempati urutan ke-4 raihan kemenangan terbanyak, di bawah Golkar, Nasdem, dan Demokrat.
Menurut Direktur Eksekutif Instrat, Jalu Pradhono Priambodo, justru paratai lain seperti Golkar menunjukkan kepiawannya menggalang pasangan calon (paslon) di daerah. Khususnya, yang mendekat kepada calon pejawat.
"Golkar sebelum menentukan calon, selalu melakukan penjajakan ke calon yang punya potensi besar untuk menang," kata Jalu.
Kecenderungan Golkar ini sama dengan Partai Nasdem. Meskipun belum tercatat sebagai partai besar, tetapi kebanyakan kader dan pengurus Nasdem adalah mantan politikus Golkar. "Jadinya, banyak calon yang diusung oleh Nasdem menang," kata Jalu.
Dari 101 daerah Pilkada Serentak 2017, Golkar meraihkemenangan di 54 daerah. Nasdem berada di posisi kedua dengan 47 kemenangan. Sedangkan PDIP dan Demokrat berada di urutan ketiga dengan raihan kemenangan masing-masing 45 daerah.
Meskipun secara jumlah kemenangan Partai Golkar juaranya, namun kata dia ternyata partai berlambang pohon beringin itu justru kalah efektif oleh PKB dan Nasdem. Dengan total usungan 98 kandidat, Partai Golkar hanya mampu menang di 55% daerah yang artinya kalah di 45% daerah lainnya.
"PKB dan Nasdem berhasil memenangkan 56% kandidat yang diusungnya," ucapnya.
Dia menyebutkan, PKS, Partai Demokrat dan PDIP tercatat di urutan ketiga dengan kemenangan 50% kandidatnya, diikuti Partai Gerindra dan Partai Hanura 49%, PAN 47%, PPP 38%, PBB 35% dan PKPI 25%.
Sementara jika melihat peta koalisi, maka koalisi yang melibatkan Partai Golkar-Partai Nasdem merupakan koalisi tersukses dengan meraih 32 kemenangan, disusul Partai Demokrat-Golkar 30 kemenangan, Partai Golkar-PAN 27 kemenangan, PDIP-Partai Golkar, PDIP-PAN dan PDIP-Partai Nasdem masing-masing 25 kemenangan, Partai Golkar-Partai Hanura dan Demokrat-PKS 24 kemenangan.
"Jika melihat efektifitas maka PKB-Golkar merupakan koalisi paling efektif karena memenangkan 79% dari 28 kali koalisi," katanya.
Menyusul hasil buruk pada putaran kedua Pilkada DKI yang berlangsung hari ini, Rabu (19/4). Calon yang diusung PDIP Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat menelan kekalahan dari lawannya Anies Baswedan-Sandiaga Uno, pasangan calon yang diusung Gerindra dan Koalisinya.
Meski belum ada pengumuman resmi dari KPU, tetapi sejumlah lembaga survey sudah merilis hasil hitung cepat alias quick count untuk putaran kedua Pilgub DKI 2017. Pasangan Anies-Sandi unggul dalam hitung cepat.
Berdasarkan quick count Saiful Muzani Research Center (SMRC) dengan perolehan 99,73% per pukul 17.57 WIB, Rabu (19/4), Anies-Sandi unggul atas pasangan nomor urut 2 Ahok-Djarot yakni 58,06% atas 41,94%. Kemudian pada versi Populi Center dengan perolehan 99,4%, Anies-Sandi mendapat 58,24% dan Ahok-Djarot 41,76%.
Selanjutnya menurut versi LSI saat data masuk sudah 99,7%, pasangan Anies-Sandi meraih 55,41% sedangkan Ahok-Djarot 44,59%. Sementara itu Polmark pada quick count versinya dengan data masuk sebesar 99,75%, pasangan Anies-Sandi mendapat 57,53% dan Ahok-Djarot 42,47%.
Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan kader banteng moncong putih banyak berguguran. "Faktor internal antara lain kesiapan kandidat untuk fight, seperti logistik yang terbatas, kurang rekatnya kandidat dengan struktur dan kader partai, sehingga mesin partai tidak maksimal. Faktor eksternal antara lain kecurangan oleh kandidat lawan, atau maladministrasi penyelenggara pemilu," ujar Andreas. (frd)