PDIP: Surabaya Wajar Jadi Panggung Politik Utama
Pemberitaan media dan perbincangan di media sosial terkait Pilkada Surabaya begitu besar, terutama soal rekomendasi dari PDI Perjuangan (PDIP) sebagai partai terbesar sekaligus partai tempat Walikota Surabaya Tri Rismaharini berkiprah sebagai kader.
Apalagi, DPP PDIP menggelar konsolidasi internal di Surabaya, Minggu 30 Agustus 2020, yang menghadirkan fungsionaris DPP, seperti Sekjen Hasto Kristiyanto, Ketua DPP Tri Rismaharini, Ketua DPP Djarot Saiful Hidayat, dan Wasekjen Arif Wibowo.
PDIP menempatkan Kota Surabaya sebagai panggung politik utama setelah Jakarta. Surabaya tidak hanya kota terbesar kedua Indonesia. Surabaya telah menjadi best practices kota sederet prestasi.
“Surabaya sangat layak ditempatkan sebagai puncak pengumuman calon kepala daerah dan wakil kepala daerah PDI Perjuangan. Di kota inilah semangat nasionalisme dan patriotisme tumbuh subur. Di kota inilah semangat hubbul wathon minal iman berkumandang menghalau bala tentara Sekutu," tutur Hasto dalam rilis yang diterima redaksi Ngopibareng.id, Selasa 1 September 2020.
Atas dasar semangat perjuangan tersebut, PDIP meyakini bahwa warga Surabaya memiliki kesadaran dan semangat juang untuk menjaga Surabaya agar tidak jatuh ke tangan mereka yang ingin merombak tata keindahan kota, hanya karena daya gerak kekuatan modal.
“Bagaikan Pasukan Sekutu yang mencoba merampas kedaulatan NKRI dengan NICA dibelakangnya, kini pun ada kekuatan tersembunyi yang mencoba hadir dengan ‘meriam kapitalnya’ untuk merebut Surabaya. Pertimbangan mereka murni kekuasaan dan kapital," demikian penjelasan Hasto.
Bagi PDIP, kekuasaan itu membangun peradaban, terlebih untuk Kota Surabaya yang telah hadir sebagai laboratorium politik dimana Pancasila begitu membumi.
“Kepemimpinan Ibu Risma bersama seluruh jajaran birokrasi dirasakan betul kehadirannya oleh masyarakat Surabaya. Kesemuanya membentuk modal sosial sebagai benteng pertahanan rakyat agar Surabaya tidak jatuh ke tangan yang salah," sambung Hasto.
Alasan tersebut, lanjutnya, menyebabkan PDIP begitu hati-hati, dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pun mempertimbangkan dengan seksama.
"Sebab keputusan terhadap sosok pemimpin Surabaya berkorelasi langsung terhadap kehidupan rakyat kecil, dan juga menentukan arah masa depan Kota Surabaya yang begitu indah dan asri. Bahkan demi tanggung jawab tsb, pengumuman Kota Surabaya pun dilakukan secara khusus," beber Hasto lagi.
Puncak pengumuman calon yang maju dalam Pilwali surabaya akan dilakukan dalam Rapat DPP PDIP yang dinyatakan terbuka untuk umum, dan dilakukan secara daring pada tanggal 2 September 2020 pada pukul 14.00 WIB.
Diberitakan Ngopibareng.id, beredar SK DPP PDIP yang menetapkan Puti Guntur Soekarnoputri perpasangan dengan Lilik Arijanto, sebagai calon walikota dan calon Wakil Walikota Surabaya, pada Senin 31 Agustus 2020 petang.
Namun, surat yang bermeterai Rp 6.000 dan ditandatangani Megawati Soekarnoputri dan Hasto Kristiyanto ini diduga palsu alias hoaks.
Sebab, SK tersebut tertulis pimpinan pusat partai, bukan Dewan Pimpinan Pusat partai. Selain itu, pada surat DPP yang asli, sifatnya bukan SK melainkan Surat Rekomendasi, yang dikirimkan kepada kepengurusan partai, dalam hal ini DPC PDIP Kota Surabaya.
Meskipun SK tersebut hoaks, munculnya nama Puti Guruh Soekarnoputri cukup menarik, sebagai calon alternatif di tengah nama-nama yang telah lama diperbincangkan, yaitu Eri Cahyadi dan Wisnu Shakti Buana.
Bila nanti perempuan bernama asli Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari ini keluar dalam Surat Rekom, juga bukan sesuatu yang aneh. Nama perempuan 49 tahun ini pernah tiba-tiba muncul ketika digandengkan dengan Saifullah Yusuf pada Pilgub Jawa Timur pada 2017 silam.
Saat ini, Puti menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024 dari Daerah Pemilihan Jawa Timur I yang meliputi wilayah Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.
Sebelumnya, Puti pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014 dan 2014-2019 dari Daerah Pemilihan Jawa Barat X yang meliputi wilayah Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, dan Kota Banjar.