PBL, Ajak Mahasiswa Lebih Kritis Pecahkan Masalah Sosial
Project Based Learning (PBL) merupakan program yang diadakan oleh Universitas Negeri Surabaya bekerjasama dengan Universitas Negeri Malang dan STIE Malangkucecwara. Program tersebut didukung oleh Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Ada 20 mahasiswa yang menjadi peserta dalam PBL, 10 diantaranya adalah mahasiswa asing dan 10 mahasiswa dari Unesa, UM, dan STIE Malangkucecwara.
Sepuluh mahasiswa asing ini merupakan mahasiswa dari tiga universitas yang masing-masing bekerjasama dengan UM, Unesa, dan STIE Malangkucecwara. Yakni ada, Mariano Marcos State University Filipina, Rajamangala University of Technology Krungtheup Thailand, dan Yala Rajabhat University Thailand.
PBL ini berlangsung selama sepuluh hari dari 15 juli hingga 24 juli 2019 lalu. Mengangkat tema mengenai Gender Equality dan adanya program untuk tinggal bersama warga. Mengajarkan para peserta untuk sadar dan paham akan kesetaraan gender terhadap pekerja migran.
Finalnya para peserta diharuskan membuat projek yang didesikan untuk warga Donomulyo yang notabene banyak warga merupakan pekerja migran. Para peserta terbagi menjadi lima kelompok, satu kelompok terdiri dari dua mahasiswa lokal dua mahasiswa asing. Projek finalnya merupakan pembuatan program yang dikemas menjadi sebuah poster.
Hasil dari projek final ini akan dipresentasikan dan dipilih yang terbaik. Dewi Firdausi (Unesa) bersama dengan Viki Mardianto (UM), Sean Keith (MMSU), dan Muhammad Saudee (YRU) berhasil terpilih menjadi kelompok terbaik.
“Program ini itu relate sama apa yang saya pelajari di perkuliahan. Dosen-dosen di Ilmu Komunikasi itu sudah mengajarkan bagaimana cara mengkonsep sebuah penyelesaian dari sebuah permasalahan sosial.” papar Dewi.
Program yang mereka tawarkan adalah Family on Your Bamboo. Dimana tujuan dari program ada dua yaitu peningkatan ekonomi masyarakat di desa Donomulyo dan perhatian kepada anak. Dimana pemanfaatan dari Bamboo Cup yang merupakan usaha dari salah satu warga Donomulyo yaitu Supangat.
“kenapa kita mengangkat Bamboo Cup karena saya dari Filipina dan Ja dari Thailand dapat membawa bamboo cup ini ke negara kita masing-masing. Sehingga mampu memperkenalkan produk asli buatan dari Donomulyo.” Tutur Sean.
Dengan pemanfaat Bamboo Cup tersebut dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Donomulyo sendiri. Sehingga mereka tidak perlu pergi ke luar negeri untuk menjadi pekerja migran dan meninggalkan anak-anak mereka.
Dengan Bamboo Cup nantinya perputaran ekonomi akan berputar di Donomulyo dan memberi dampak baik bagi masyarakat Donomulyo sendiri.