PBB dan ASEAN Didesak Lebih Proaktif Tangani Tragedi Rohingya
Jakarta: Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengingatkan peran pemerintah RI dan langkah-langkahnya dalam mengatasi masalah tragedi kemanusian pada etnis Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar.
Bersama para tokoh agama-agama resmi di Indonesia, Kiai Said mendesak agar seluruh elemen internasional, PBB dan ASEAN untuk bersama lebih proaktif mencari langkah dan solusi dalam menyelesaikan tragedi kemanusiaan yang sedang terjadi.
Hal itu terungkap dalam Pernyataan Sikap tertanggal di Jakarta, 22 September 2017, ditandatangai Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA (PBNU), Dr. Henriette Hutabarat (PGI), Romo Agustinus Ulahayana (KWI), Drs. Uung Sendana (Matakin), MPU Suhadi Sendjaja (NSI/Walubi).
Berikut Pernyataan Sikap yang disampaikan di PBNU Jakarta, pada ngopibareng.id, Jumat (22/09/2017).
Menyaksikan dan mencermati represi dan tragedi kemanusiaan yang terjadi di Rakhine state, Rohingya, Myanmar, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KWI, PGI, Walubi/NSI, Matakin, PHDI menegaskan:
1. Mengutuk dan mengecam segala bentuk kekerasan. Tindakan kekerasan adalah tindakan yang mencederai kemanusiaan. Apapun alasannya, hal tersebut sama sekali tidak dibernakan oleh agama dan keyakinan mana pun.
2. Mengapresiasi dan mendukung penuh langkah Pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi dan juga Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam rangka mengupayakan solusi untuk mengatasi tragedi kemanusiaan yang terjadi di Rohingya. Langkah tersebut merupakan langkah kongrit dan sigap dalam menyikapi tragedi yang sedang berlangsung.
3. Mendesak seluruh elemen internasional, PBB dan ASEAN untuk bersama lebih proaktif mencari langkah dan solusi dalam menyelesaikan tragedi kemanusiaan yang sedang terjadi.
4. Mengajak seluruh elemen untuk tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan konflik yang terjadi dengan menyeret agama dan keyakinan tertentu. Apa yang terjadi di Rohingya adalah tragedi kemanusiaa. Kita harus meletakkannya dalam kaca mata kemanusiaan tanpa pernah tersekat dan terkotak oleh keyakinan tertentu.
Apa yang terjadi di Rohingya, lebih kompleks dari hanya sekedar simplifikasi isu soal agama. Di sana ada perebutan sumber daya dan juga ada pertarungan politik. Maka, yang peling tepat adalah mendudukkan tergedi di Rohingya sebagai tragedi kemanusiaan.
5. Menyerukan kepada seluruh umat beragama untuk berpartisipasi aktif dalam menggalang donasi dan bantuan kemanusiaan kepada korban tragedi kemanusiaan di Rohingya. Langkah paling bijaksana dan nyata sekaligus dibutuhkan oleh korban saat ini adalah bantuan berupa makanan, sarana kesehatan, dan juga sarana pendidikan. (adi)
Advertisement