Tawur Agung Kesanga Umat Hindu Surabaya Harapkan Pemilu Damai
Jelang Hari Raya Nyepi 1941 Saka yang jatuh pada Kamis, 7 Maret 2019, esok, sejumlah Umat Hindu di Surabaya menggelar Tawur Agung Kesanga atau dikenal pawai ogoh-ogoh di wilayah, Kenjeran, Surabaya.
Sabha Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, I Nyoman Sutantra, mengatakan Tawur Agung Kesanga ini adalah serangkaian perayaan Nyepi, yang bertemakan Catur Brata Penyepian, Sukseskan Pemilu 2019.
"Temanya Catur Brata Penyepian, Catur artinya pengendalian diri, kita sukseskan Pemilu 2019," kata Sutantra, saat membuka pawai, Rabu, 6 Maret 2019.
Tema itu diambil, karena Umat Hindu berharap agar Pemilu 2019 bisa berjalan dengan lancar, damai dan penuh kebajikan.
"Kita kebetulan akan melaksanakan Pemilu 2019, yang kita harapkan kedamaian, maka mari isi hati kita dengan penuh kebajikan, supaya segala tindakan kita bisa damai termasuk pemilu," kata dia.
Dalam pawai kali ini Umat Hindu mengarak 11 Ogoh-Ogoh berukuran besar, dan 1 Ogoh-Ogoh berukuran kecil, jadi jumlah keselurahannya ada 12.
Jumlah itu, bukanlah tanpa arti, Sutranta mengatakan 11 adalah angka kembar, yang bermakna keharmonisan manusia dengan pencipta, manusia dengan alam, dan manusia dengan sesama manusia.
Sementara jika keselurahan angka 12 sendiri adalah harapan keharmonisan itu akan berlangsung sepanjang 12 bulan dalam tahun 2019 ini.
Lanjut Sutantra, Catur Brata Penyepian, mengandung pesan yang luar biasa besarnya. Yakni, pembersihan hati dari segala pengaruh makhluk jahat dan kekotoran hati.
Setelah melewati Catur Brata Penyepian, maka umat hindu akan mencapai Dharma Santi, yang memiliki arti kebajikan di hati.
"Supaya kita bisa hidup Santi, hidup rukun, damai dan harmonis, sehingga Pemilu 2019 bisa menjadi Pemilu damai," katanya.
Ia pun mengimbau agar seluruh Umat Hindu untuk bersatu mengutamakan kepentingan bersama, ketimbang kepentingan pribadi atau kelompok atau golongan.
"Kita utamakan kepentingan negara dibandingkan kepentingan kelompok. Itulah sebetulnya Pancasila itu Bhinneka Tunggal Ika," kata dia.
Sementara itu Tawur Agung ini dimulai dari Pura Sagara melewati Jalan Memet, Jalan Gading Pantai, Jalan Kenjeran, Jalan Wiratno, dan berakhir kembali ke pura.
Di akhir, sejumlah Ogoh-Ogoh tersebut kemudian dimusnahkan, sebagai simbol dari pemusnahan kejahatan dan kegelapan sirna dari alam dan diri manusia. (frd)