New Normal, Ponpes Al Aqobah Jombang Siapkan Protokol Lengkap
Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Aqobah di Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang menerapkan protokol khusus untuk menyambut santri dan santriwati yang akan mulai kembali belajar di tengah pandemi.
“Persiapan kami sudah 70 persen, kami menyiapkan baik regulasi dan fasilitas selama new normal”, ujar H. Akhmad Kanzul Fikri, Pengasuh Al-Aqobah kepada Ngopibareng.id pada Selasa, 16 Juni 2020.
Gus Fikri, sapaan karibnya, menjelaskan jika kedatangan santri di pondok yang dibangun sejak 1997 itu dibagi menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama datang akhir Juni, berlanjut minggu pertama Juli, dan gelombang terakhir pertengahan Juli.
Para santri yang nantinya datang diharuskan membawa surat bebas covid-19, baik hasil dari rapid pun swab test. Mereka juga diimbau melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing selama empat belas hari.
Ketika tiba di pondok, santri akan dicek suhu badannya dan dilakukan pendataan. Setelah datang, mereka akan diisolasi lagi 14 hari di tempat yang sudah disediakan. Ketika tenggat waktu isolasi berakhir, mereka akan dipindahkan ke kamar yang diisi 8-10 orang. Antar kasur diberi jarak 2 meter.
Santri juga diimbau untuk membawa masker, hand sanitizer, suplemen, face shield, dan pelatan makan serta mandi yang sudah diberi identitas.
Setelah masuk, kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah akan dikurangi, per harinya dua hingga tiga mata pelajaran. Kegiatan santri pada saat pertama kali masuk akan difokuskan untuk mengaji online. Seperti mengaji Al-Qur’an dan tulis arab atau pego.
Selain itu mengaji kitab kuning yang dilakukan secara digital menggunakan laptop milik masing-masing. KBM secara offline dilakukan setelah adanya instruksi dari pemerintah.
“Santri yang datang nanti nggak langsung belajar, mereka kita bina ngaji dulu selama sebulan. Kami juga memantau perkembangan kebijakan dari pemerintah pusat dan kabupaten” ceritanya.
Online atau Offline Bayarnya Sama
Untuk kegiatan mengaji yang tidak bisa dilakukan secara online, baik pengajar maupun peserta didik harus memakai masker dan duduknya berjarak satu meter. Selain itu rajin cuci tangan. Jadwal makan dan mandi pun akan digilir untuk mengantisipasi orang berkerumun.
Jatah makan untuk santri pun dibungkus. Untuk mandi sendiri, ponpes menyediakan shower agar tidak ada air yang menggenang. Jadwal olahraga juga ditambah, setiap harinya pukul 10 pagi.
Untuk yang melanggar, tindakan awal akan ditegur dan dinasehati. Jika masih melanggar akan didisiplinkan dengan diminta mengaji setengah jam atau menulis tangan surat Al-Waqi’ah.
Terakhir, bagi pelaku pelanggaran terberat dengan keluar tanpa izin, akan dipulangkan sementara. “Kami juga mengatur kebijakan untuk makan, mandi dan olahraga yang dilakukan secara bergilir. Ada sanksi untuk pelanggar, paling berat kami pulangkan” sambungnya.
Ia melanjutkan, pondoknya memiliki 550 santri. Bagi yang pulang, pihaknya juga tak mewajibkan mereka untuk kembali ke pondok. Jika dirasa kondisi belum aman dan menimbulkan rasa khawatir, santri dibebaskan mengikuti kegiatan yang dijadwalkan pondok secara online.
“Kami memberi pilihan agar sama-sama enak. Yang mau balik ke pondok silakan, sedangkan yang di rumah juga diperbolehkan. Bayar biaya sumbangan pembinaan pendidikan tetap sama biar adil” tambahnya.
Santri ditempatnya telah diberikan pilihan pulang atau menetap di pondok sejak 19 Maret 2020. Sejak akhir Maret hingga penutupan ramadhan, ada sekitar 50 santri yang memilih menghabiskan waktunya untuk mengaji di pondok. Mereka mengaji fiqih, tafsir dan hadits.
Juga terdapat tiga pengurus pondok yang tak pulang karena terkendala jarak yang jauh. “Mereka tidak diberlakukan jarak karena sejak akhir Maret mereka tidak keluar ke mana-mana dan steril. Sebagai pengganti rasa bosan mereka saya memperbolehkan buat menyewa PS agar tidak jenuh” tutupnya.
Advertisement