Pasutri Disabilitas, Hidup di Tengah Himpitan Ekonomi dan Corona
Keterbatasan fisik tidak menghalangi Kasiani untuk tetap banting mencari pendapatan. Meski usianya perempuan usia 65 tahun ini tetap bekerja sebagai tukang tambal ban untuk kebutuhan hidup sehari hari.
Apalagi suaminya, Sugeng, 55 tahun, saat ini hanya bisa terbaring di tempat tidur lantaran penyakit stroke yang dideritanya.
Sugeng sejak 4 tahun terakhir ini sudah tidak bisa membantu istrinya lagi bekerja sebagai tambal ban. Waktunya hanya dihabiskan di tempat tidur.
"Suami saya sakit stroke, sudah 4 tahun ini. Jadi, sudah nggak bisa bantu lagi bekerja," kata Kasiani, Selasa 2 Juni 2020.
Dulu sebelum suaminya sakit, selain tambal ban, ia berjualan bensin eceran di rumah. Hasil penjualan bensin dengan keuntungan Rp500 per liter dirasa cukup membantu untuk menambah pendapatan dari tambal ban. Tetapi sejak suaminya tidak bekerja, usaha jualan bensin eceran berhenti.
Untuk menyambung hidup kebutuhan sehari-hari, Kasiani terpaksa harus menjual sepeda motor milik suaminya, yang biasa digunakan untuk kulakan bensin. Sepeda motor buatan China yang dimodifikasi beroda 3 dijual seharga Rp1,5 juta.
Ia bersyukur sebab selama suaminya menjalani perawatan di rumah sakit semua biaya ditanggung Pemerintah.
"Biaya ditanggung pemerintah. Kita hanya keluar duit untuk transpotasi ke rumah sakit dan sewa orang untuk nunggui suami di rumah sakit. Kalau saya sendiri kan nggak bisa, fisik saya kayak gini," katanya.
Kasiani dan Sugeng adalah penyandang disabilitas dengan memiliki keterbatasan fisik pada kaki. Mereka menikah sekitar 24 tahun lalu. Selisih usia mereka saat menikah terpaut jauh 10 tahun. Mereka dikarunia satu anak laki-laki yang sudah berumah tangga sendiri.
"Anak saya kan kerjanya sebagai sales, sekarang tinggal bersama istrinya di Pesantren," katanya.
Meski putranya sudah berkeluarga dan memiliki mata pencaharian sendiri, Kasiani tidak mau merepotkan anaknya. Baginya, selama dirinya masih kuat dan mampu, dirinya akan terus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
"Dia sudah punya keluarga sendiri. Biar pekerjaan ini saya lakoni aja," katanya.
Pada saat pandemi seperti sekarang, Kasiani mengaku pendapatan hasil tambal ban turun drastis. Dulu sebelum covid-19 perhari bisa mendapatkan Rp70 sampai Rp80 ribu.
"Kalau sekarang paling sehari cuma dapat Rp20 ribu aja. Ya mau gimana lagi, tetap harus disyukuri," kata dia.
Terkadang ada juga orang yang merasa iba lalu memberikan bantuan. Bahkan, ada juga yang mau membantu memperbaiki rumahnya beberapa waktu lalu.
Kasiani tinggal di rumah Jalan Jaksa Agung Suprapto Kota Kediri. Rumah itu hanya memiliki satu ruangan saja. Rumah itu juga dipakai untuk menaruh mesin kompresor angin dan peralatan tambal ban.
Advertisement