Pasutri Anggota Polisi di Banyuwangi Gelar Donor Darah Swadaya
Sejumlah sepeda motor tampak terparkir rapi di halaman sebuah rumah di Dusun Krajan, Desa Rejoagung, Kecamatan Srono, Banyuwangi. Tak jauh dari tempat parkir tampak seorang laki-laki mengarahkan thermogun pada setiap orang yang datang.
Ini untuk memastikan suhu masing-masing orang normal. Seorang pria yang lain memberikan beberapa tetes hand sanitizer yang dipompa dari botol ke tangan warga.
Pada sudut lain halaman rumah itu terdapat sebuah kendaraan minibus milik PMI (Palang Merah Indonesia) Banyuwangi. Di teras rumah, beberapa orang petugas PMI Banyuwangi tampak sibuk di belakang meja. Ada yang sibuk mengisi formulir ada juga yang mengukur tekanan darah.
“Sudah pernah melakukan donor darah?,” ujar salah seorang petugas PMI kepada salah satu warga yang berada di hadapannya.
Para petugas PMI ini sedang melakukan pendataan dan skrining pada warga yang akan melakukan donor darah. Setelah lolos skrining calon pendonor kemudian menuju ke teras rumah lain yang bersebelahan dengan rumah pertama. Di tempat berukuran sekitar 5 x 10 meter itu, berjajar 4 tempat tidur portabel sebagai tempat berbaring saat warga mendonorkan darahnya.
Donor darah di Desa Rejoagung ini berbeda dengan kegiatan donor darah yang dilakukan tempat lain. Pada umumnya kegiatan donor darah digelar oleh instansi. Namun kegiatan donor darah di tempat ini diprakarsai pasangan Setyo Bijaksana, 39 tahun dan istrinya Khusnul Imamah,37 tahun. Setyo Bijaksana merupakan seorang anggota polisi yang berdinas di Polresta Banyuwangi. Sedangkan istrinya merupakan dokter di salah satu rumah sakit swasta di Banyuwangi.
Sudah sekitar dua tahun ini mereka menggelar kegiatan donor darah secara swadaya dengan menggandeng PMI Banyuwangi. Mereka ingin membantu sesama yang membutuhkan darah. Apalagi di masa pandemi covid-19 ini permintaan darah di PMI terus meningkat.
“Ini rutin kita lakukan, kita ada jadwal dari PMI. Terjadwal setiap 60 hari sekali,” jelas Khusnul Imama, Sabtu, 31 Juli 2021.
Sejak pertama digelar, menurut dokter berhijab ini, donor darah di rumahnya cukup menarik animo masyarakat. Setiap pelaksanaan donor darah yang diselenggarakan jumlah pendonor darah selalu bertambah. Mulai 40 hingga 50 pendonor di awal pelaksanaan, beberapa gelombang terakhir jumlah pendonor selalu di atas 100 orang.
“Bahkan kita pernah sampai 125 pendonor. Alhamdulillah meski pandemi terus bertambah. Pendonor malah antusias menanyakan kapan ada donor lagi,”ungkapnya.
Awalnya, hanya tetangga atau warga se-desa saja yang menjadi pendonor darah. Namun saat ini, banyak pendonor yang berasal dari daerah lain di Banyuwangi. Seperti dari Kecamatan Cluring, Purwoharjo, Bangorejo dan juga Kecamatan Banyuwangi kota. Pasangan ini menyampaikan informasi pelaksanaan donor darah melalui media sosial, seperti grup WhatsApp, Facebook dan Instagram.
Khusnul menambahkan, karena dilaksanakan pada masa pandemi covid-19, prosedur pelaksanaan donor darah mengikuti protokol kesehatan dengan sangat ketat. Petugas maupun pendonor wajib mematuhi protokol kesehatan yakni menggunakan pakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Para pendonor juga diberikan informasi kesehatan termasuk pentingnya vaksinasi covid-19.
“Mereka kita beri informasi kesehatan termasuk informasi pentingnya vaksin covid-19. Kita sambil menganjurkan masyarakat untuk vaksin,” katanya.
Salah seorang pendonor darah, Yunita Ainin, 38 tahun menuturkan, kali ini sudah kali kedua dirinya mengikuti donor darah di tempat itu. Warga Desa sembulung, Kecamatan Cluring, ini melakukan donor darah demi kemanusiaan untuk membantu warga yang sedang membutuhkan darah.
Perempuan yang datang bersama kawannya ini mengaku tidak merasa khawatir meskipun saat ini masih dalam masa pandemi covid-19. Yang penting, menurutnya adalah tetap menerapkan protokol kesehatan dengan baik.
“Alhamdulillah pelayanan donor darah di tempat ini baik. Protokol kesehatannya juga sangat ketat sehingga kita merasa aman dan nyaman,” jelasnya.
Usai melakukan mendonorkan darahnya, warga tidak hanya mendapatkan vitamin dan minuman penambah nutrisi, tetapi mendapatkan souvenir berupa tumbler. Tidak hanya itu, pendonor darah juga bisa makan dan minum gratis. Karena penyelenggara kegiatan menyediakan bakso dan es buah yang bisa dinikmati sepuasnya usai melakukan donor darah.
“Kalau di tempat lain, begitu selesai donor darah ya sudah langsung pulang,” jlentrehnya.
Kebutuhan Darah Meningkat, Jumlah Pendonor Darah Turun
PMI Banyuwangi mencatat selama pandemi covid-19 ini permintaan darah terus meningkat. Pada saat yang sama warga yang melakukan donor darah semakin sedikit. Menurunnya animo warga untuk melakukan donor darah ini dipengaruhi ketakutan warga akan penyebaran covid-19.
Kondisi ini membuat stok darah di PMI Banyuwangi saat ini berada dalam posisi tidak aman. Stok darah dianggap aman jika dalam sehari terdapat 70 kantong darah plus stok untuk 10 hari ke depan. Artinya, stok darah aman jika PMI memiliki 700 kantong darah setiap harinya.
Salah seorang petugas pelayanan donor darah PMI Banyuwangi, Nasrul Hakim, menyatakan, mayoritas masyarakat ragu atau bahkan takut untuk melakukan donor darah karena khawatir terpapar covid-19.
Padahal PMI Banyuwangi dalam pelaksanaan kegiatan donor darah dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Masyarakat seharusnya juga tidak perlu takut melakukan donor darah karena covid-19 tidak menular melalui darah.
“Kita jamin untuk keamanannya. Untuk corono sudah dinyatakan tidak menular lewat darah,” terangnya di sela melayani pendonor darah.
Nasrul mengungkapkan, tidak ada skrining khusus untuk melakukan donor darah di masa pandemi ini. Pendonor hanya perlu memenuhi beberapa parameter yang harus dipenuhi pendonor darah pada umumnya.
Persentase penurunan jumlah pendonor darah cukup tinggi. Menurut Nasrul selama pandemi ini penurunan jumlah warga yang melakukan donor darah mencapai 40 persen. Mayoritas instansi yang biasa menggelar donor darah dibatalkan pada masa pandemi ini.
“Tapi di sini mereka sadar dan siap mendonorkan darahnya untuk membantu sesama. Di tempat lain, donor darah banyak yang cancel karena takut,” bebernya.
Advertisement