Pasuruan Akan Bangun Gudang Garam Standar Nasional
Musim panen raya seperti sekarang ini, membuat stok garam di Pasuruan melimpah. Bahkan, saking banyaknya membuat para Petambak banyak menimbun garamnya.
Kondisi ini mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Rencananya, Dinas Perikanan akan membangun gudang garam berstandar nasional, tahun 2020 mendatang.
Slamet Nurhandoyo, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan mengatakan, gudang garam tersebut direncanakan akan dibangun di Desa Gerongan, Kecamatan Kraton sebagai salah satu wilayah penghasil garam terbesar di Kabupaten Pasuruan.
"Kita inginnya secepatnya, karena kami ingin memenuhi keinginan para petani garam kalau pas panen raya seperti ini. Ada gudang khusus untuk garam, karena sampai sekarang memang belum ada," kata Slamet, Senin, 9 Desember 2019.
Saat ini, rencana tersebut sudah diusulkan ke Pemprov Jawa Timur, untuk bisa direalisasikan tahun 2020 mendatang. Diharapkan, gudang garam ini bisa menampung 1000 ton garam dari hasil produksi garam di semua wilayah perairan di Kabupaten Pasuruan, yakni Kecamatan Lekok, Kraton, Nguling dan Bangil.
"Pas musim hujan, harga garam bisa naik sehingga menguntungkan para petani. Maka dari itu, kami usulkan pembangunan gudang garam,” katanya.
Hanya saja, usulan pembangunan gudang garam ini sampai sekarang belum mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Meski begitu, Slamet optimis bahwa rencana pembangunan gudnag garam ini akan terealisasi, minimal tahun depan.
"Semoga awal tahun atau pertengahaun tahun sudah ada kabar baik yang kami terima," katanya.
Sementara itu, menumpuknya hasil tambak garam sebenarnya sudah terlihat dalam 2-3 bulan terakhir. Harga garam pun sampai anjlok.
Hanifah, 55 tahun, petambak garam asal Gerongan, Kecamatan Kraton, mengeluhkan harga garam yang anjlok hingga Rp 250 per kilogram. Harga jual garam yang anjlok, membuat banyak petambak enggan menjual garamnya. Termasuk Hanifah yang terpaksa menjual garam eceran ke toko-toko, agar harganya bisa lebih bersaing dibanding dijual ke distributor.
"Ya gimana lagi, daripada gak laku, mending saya jual sendiri ke took-toko terdekat. Yang penting laku," katanya.
Hanifah terpaksa menjual garam ke took-toko secara ecer, lantaran sebentar lagi memasuki musim hujan. Dia dan para petambak lainnya takut, garam yang ditumpuk akan rusak selama musim hujan. Dan pada akhirnya, merugikan petambak sendiri.
"Kalau ada gudang, maka bisa menyimpan garam kami, kemudian kami jual pas hujan," katanya. (sumber: www.pasuruankab.go.id)
Advertisement