Pasukan Anti Taliban di Panjshir Ditaklukkan
Taliban telah menguasai sepenuhnya provinsi Panjshir, daerah terakhir di Afghanistan yang dikuasai oleh pasukan perlawanan pimpinan Ahmad Massoud.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan, dengan dikuasainya Panjshir berarti seluruh wilayah Afghanistan yang berjumlah 34 provinsi sudah berhasil disatukan.
Sebelumnya, kemarin pasukan anti-Taliban terakhir yaitu Front Perlawanan Nasional (NRF) pimpinan Ahmad Massoud di Afghanistan mengakui menderita kerugian yang cukup besar dan menyerukan gencatan senjata, ketika seorang diplomat tinggi Amerika Serikat terbang ke Qatar untuk mencoba dan menangani kekacauan setelah penarikan AS.
NRF mengusulkan dalam sebuah pernyataan bahwa Taliban menghentikan operasi militernya di Panjshir … dan menarik pasukannya. "Sebagai imbalannya, kami akan mengarahkan pasukan kami untuk menahan diri dari aksi militer," kata pernyataan NRF itu seperti yang dilaporkan kantor berita AFP.
NRF termasuk pejuang lokal yang setia kepada Massoud, putra komandan anti-Soviet dan anti-Taliban terkenal Ahmad Shah Massoud, serta sisa-sisa militer Afghanistan yang mundur ke Lembah Panjshir.
Kelompok itu mengatakan secara terpisah dalam sebuah tweet pada hari Minggu bahwa juru bicara Fahim Dashty, seorang jurnalis Afghanistan terkenal, dan Jenderal Abdul Wudod Zara, telah tewas dalam pertempuran terbaru.
NRF telah berjanji untuk memerangi Taliban tetapi juga mengatakan bersedia untuk bernegosiasi dengan kelompok itu.
Lembah Panjshir terkenal sebagai tempat perlawanan terhadap pasukan Soviet pada 1980-an dan Taliban pada akhir 1990-an.
Mantan Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh, yang bersembunyi di Panjshir bersama Ahmad Massoud, telah memperingatkan krisis kemanusiaan akibat serangan Taliban.
Taliban belum menyelesaikan pemerintahan baru mereka setelah masuk ke Kabul tiga minggu lalu. Para penguasa baru Afghanistan telah berjanji untuk menjadi lebih “inklusif” daripada selama tugas pertama mereka berkuasa, yang juga terjadi setelah bertahun-tahun konflik, pertama invasi Soviet tahun 1979, dan kemudian perang saudara berdarah.
Mereka telah menjanjikan pemerintah yang mewakili seluruh etnis Afghanistan yang kompleks.
Kebebasan perempuan di Afghanistan sangat dibatasi di bawah pemerintahan Taliban tahun 1996-2001. Taliban berjanji perempuan akan diizinkan untuk kuliah selama kelas dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, atau setidaknya dipisahkan oleh tirai.
Tetapi siswa perempuan juga harus mengenakan jubah panjang dan cadar, bukan burqa yang lebih konservatif di bawah pemerintahan Taliban sebelumnya. (*)