Pasien RSJ Menur, Dambakan Kasih Tak Mau Disebut 'Wong Gak Waras'
Seorang wanita duduk menyendiri sambil bersandar pada dinding lorong Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya. Wajahnya nampak pucat, rambutnya yang kusut dibiarkan terurai dengan pandangannya kosong. Sesekali terdengar mengumpat kemudian menangis, tak peduli dengan orang yang berlalu lalang di sekelilingnya.
Wanita baya kelahiran Tuban ini merupakan satu dari ratusan penderita gangguan jiwa yang sedang dirawat di RSJ tipe A milik Pemprov Jawa Timur, Jalan Menur Surabaya. "Pasien yang satu ini kasusnya mengalami depresi cukup berat setelah cintanya dikhianati oleh suaminya. Rumah warisan orang tua dijual oleh suaminya dan uangnya dihabiskan untuk foya-foya dengan wanita lain, sekarang tinggal di kos-kosan," bisik seorang petugas medis yang menemani Ngopibareng.id berkeliling RSJ Menur.
Sejak kejadian itu rumah tangganya ambyar, jiwanya terguncang. "Sekarang ibu dua anak itu menjadi pasien saya," kata petugas medis yang mohon dengan sangat tidak disebut identitasnya.
Pasien dengan nama samaran Sekar, kondisinya membaik setelah satu minggu rawat inap di Menur. Sebelumnya hanya diam, tidak bisa diajak berkomunikasi, maunya ingin marah. Sekar ini sudah dua kali mencoba bunuh diri, tapi berhasil diselamatkan.
Wanita yang pernah menjadi penyanyi, baru dirujuk ke RSJ Menur setelah kondisinya cukup parah. Sempat dibawa ke tempat pengobatan paranormal, tapi tidak ada hasilnya. Dia membenci setiap lelaki, bahkan ada seorang karyawan RS ada yang pernah dijambak, ingat suami yang menyakiti hatinya.
"Ini suka dukanya kerja di RSJ, beda dengan rumah sakit lain," kata perawat dengan nama samaran Laras.
Meski sama-sama menghadapi orang sakit, tapi beda cara penanganan antara pasien biasa dengan gangguan jiwa. Mengurus gangguan jiwa, lebih sulit. Karena yang sakit jiwanya, sehingga ada ilmunya tersendiri.
"Dasarnya harus sabar, dan punya rasa kasih, kalau tidak sabar, setiap hari bisa gelut dengan pasien. Perilakunya aneh-aneh, karena dipengaruhi oleh waham dan halusinasi," ujar Laras.
Seluruh pasien RSJ Menur harus disiplin mengenakan seragam berwarna putih, sama dengan yang dikenakan oleh tenaga medis. "Kalau tidak teliti bisa keliru, dokter dikira pasien, soalnya kalau sudah di lapangan sulit dibedakan," kata Laras bercanda.
Berkunjung ke RSJ Menur tidak perlu takut, di sini pasien baik-baik saja meski mengalami gangguan jiwa. Situasinya tidak seburuk image masyarakat, seakan penderita gangguan jiwa itu ngamukan.
Di ruang khusus wanita beberapa pasien terlihat mengintip dari jendela, bahkan ada yang melambaikan tangan dengan tatapan sayu, mengundang rasa iba. "Mencari siapa Paklek ke sini, apa ada saudaranya yang sakit," celetuk seorang pasien yang tiba tiba muncul dari belakang membuat kaget.
Belum dijawab, disusul dengan beberapa pertanyaan yang lucu-lucu. "Kalau ke sini lagi saya titip surat buat suamiku yo. Bojoku ngganteng koyok pean Paklek, tapi ngaplokan, aku wis gak cinta," katanya mulai ngelantur.
"Ayo masuk, istirahat di kamar," ujar seorang perawat dengan sabar.
"Sek bu dokter, saya ingin ngobrol karo dulurku, suwe gak ketemu," jawabnya.
Setelah diajak bersalaman, ia langsung masuk ke kamar mengikuti perintah seorang perawat ruangan.
Seminggu sekali pasien RSJ Menur mengikuti terapi rekreasi. Semua pasien berkumpul di aula, ada hiburan musik. Pasien bebas berekspresi, boleh nyanyi dan joget bersama perawat. Pokoknya dibuat happy tidak boleh ada yang bersedih.
Seorang pasien tiba tiba maju mengambil mic langsung menyanyi 'balonku'. belum sampai selesai, ganti lagu 'naik kereta api' disambut tepuk tangan meriah.
Tetapi momen ngobrol dengan beberapa penderita gangguan jiwa yang cukup mengesankan ini, tidak boleh difoto.
Di RSJ Menur ada peraturan dilarang keras memotret pasien, kecuali sudah ada persetujuan tertulis dari pihak keluarga pasien dan rumah sakit. Ketentuan ini berlaku untuk semuanya, termasuk wartawan.
Peraturan lain, semua pengunjung dilarang memberi pasien, dalam bentuk apapun, makanan, minuman, uang atau rokok, supaya mereka disiplin.
Pengunjung tidak boleh sinis, harus menunjukkan rasa empati dan bersikap ramah kepada pasien. Kalau ada yang menyapa dan mengajak bersalaman, terima dengan senang hati.
Terapi rekreasi ini berlangsung sekitar tiga jam, setelah itu pasien kembali ke ruang masing masing dengan tertib dengan suka cita sambil menunggu waktu makan siang.
RSJ Menur ini cukup tertib, tidak ada pasien yang berkeliaran di luar. Pasien yang rawat inap di RSJ Menur, umumnya mengalami gangguan jenis skizofrenia. Yakni gangguan mental serius, di mana penderitanya menafsirkan realitas secara tidak normal. Hal ini dapat mengakibatkan beberapa kombinasi halusinasi, delusi, gangguan pikiran dan perilaku yang sangat tidak teratur hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penyakit mental ini membutuhkan perawatan seumur hidup dan penderitanya mungkin akan mengalami kesulitan menjalankan fungsi kognitif mereka secara terus menerus.
Meski begitu, pengobatan yang efektif untuk penderita skizofrenia, seperti psikoedukasi, intervensi keluarga, dan rehabilitasi harus dilakukan serius.
Selain ditangani secara medis, juga diajarkan berinteraksi sosial dengan lingkungan, terutama keluarga, "Menghadapi penderita ganguan jiwa harus dengan kasih sayang, jangan di-bully jangan dikucilkan dari keluarga, karena dianggap 'tidak waras." Pesan Laras yang masa kecilnya bercita-cita ingin menjadi dokter ahli jiwa.
Advertisement